Minggu, 18 September 2011

My Novel "Love Is Never Can Apart"


Genre : Romantic 70 %    Humor 20 %   Religion 10 %
Story  :Love And Friendship
Claim :Imam Syah ( Imam Senju Hashirama ) And Fanfiction
Setting and Conflict Manufactured : Fanfiction
Actor and dialogue manufactured  : imam syah

                                                      Tokoh
WANITA                                                                           LAKI-LAKI
- Uswatun Fatimah (pemeran utama )  -Imam Syah ( Pemeran Utama )   
-Siti Hardiyanti ( Kekasih Wafiq )           -Wafiq Nur Islam ( Sahabat Dekat Imam Syah )
-Dea Sulistiawati ( teman )                      -Imam Santoso ( Rival Imam Syah )
-Silvia Lindasari ( kekasih Zul )                -Zul Bahri ( Teman )
-Handayani ( Adik Fatimah )                   -Harry Ichsan Hidayat ( Teman )
 -Amano ( bartender )                              -Irwan Syah ( kakak Imam Syah )
-Inem ( Pembantu )                                  -Syah Ronni ( kakak Imam Syah )
                                                                      -Bakrie Rizal ( Ayah Fatimah )
                                                                      -Joko ( supir )
CAUTION: SEDIAKAN TISSUE
   DON’T LIKE DON’T READ

Happy Reading
Seorang gadis melangkah lembut di koridor sekolah. Kakinya indah dan putih tanpa cela. Halus dan amat mencengangkan setiap mata melihatnya. Ia mengenakan  jilbab putih nan anggun. Pemuda bermata hitam pekat dengan rambut hitam disisir ke samping, ia terus memandangi gadis berjilbab tsb. Baginya gadis itu menarik. Dia ingin tahu siapa gadis itu.

"Kau tertarik,?" suara sahabatku.

aku menoleh, "Tch, kau...!" lalu melihat gadis itu lagi.

"Kuperhatikan kau terus melihatnya dari kepala sampai kaki. Jarang kau memperhatikan seorang gadis."

Pemuda berambut hitam dengan rambut terberai acak kedepan itu duduk di sampingku. Membawa sebuah komik anime Naruto. Membacanya dan mengencangkan suaranya di telingaku sambil Ikut memperhatikan gerakan gadis itu. Leher yang panjang itu memang indah untuk di lihat. Juga wajah yang cantik dan anggun.ujar temanku

"Kau kenal dia, fiq?"ujar ku

"Pernah dengar ..."

"Namanya?" lanjutku.

"fatimah," Jawab wafiq sahabatku dan menaruh komik disisinya.

"Lengkapnya?" tanyaku lagi.

"uswatun fatimah."

"Kau tahu dari mana?" selidikku dengan gaya seorang detektif.

"hn..ayah gadis itu adalah directur perusahaan di tempat ayahku bekerja..."

"Kau tertarik?" wafiq meneruskan katanya.

"Tertarik sih iya. Tapi dia selalu diantar jemput, apa dia sudah punya pacar?" seruku..

wafiq bersandar dikursi sambil membuka bungkus snack bawaanya dan menawarkanku, "Dia belum punya. Coba saja kau dekati. Aku pikir dia bukan gadis sembarangan," ujarnya sambil memakan keripik kentang crackss..dengan pasti.

"Dari mana kau yakin seperti itu..." aku menatap sahabatku dan ikut memakan keripik kentang itu.

"Hanya pengamatanku saja. Gadis itu tidak seperti yang lainnya. Tapi dia mempunyai pribadi yang menarik...!" komentar wafiq.

"Sepertinya aku ingin mengenalnya!" wajahku tersenyum tipis. Lalu kami berdua meninggalkan taman Sekolah Universitas Indonesia menuju kelas Amazing OF Art. (haha aku ngarep skolah di UI)

Aku tinggal sendiri, keluargaku tinggal di Bandung. aku hidup di Kos Sekitar Jakarta yang Sederhana. Sahabatku, Wafiq sering menginap di tempatku. Termasuk hari ini

"Hei! Kau mau kemana?" tanya sahabatku itu malas.

Aku melihat tampang sahabatku itu, "Tch, ke Masjid. Apa kau mau ikut?"( asikdah tobat hehe)

"Merepotkan, aku mau tidur saja nanti aku sholat dirumah." Wafiq tidur di depan televisi beralas karpet.

Saat berada di majid Aku berjalan menuju tempat alas kaki diletakkan. Langkah kakiku terhenti. Tatapanku tertuju pada sosok gadis lembut yang sedang membaca Buku hadist dan sunnah bersama kedua temannya.

"Imam Syah ...!" teriak salah satu diantaranya. (haha akhirnya kalian tahu namaku)

Siti Hardiyanti santoso anak kelas Management of Art yang Aku kenal berlari menghampiriku. Gadis itu dengan manja menarik tanganku dan membawaku pada dua temannya. aku mengikutinya. Dan tanpa sadar mataku menatap mata Suci nan anggun yang juga tengah menatap mata hitam milikku. Mata itu begitu teduh. Begitu menenangkan.

"Imam, kenalkan teman-temanku...!" Siti memperkenalkan teman-temannya.

"Imam Syah ." Ucapku. (wihh namaku bagus juga ya :D)

Gadis Berjilbab itu membungkuk "Fatimah, Uswatun fatimah." Siti memperkenalkan temannya satu lagi.

"Aku dea sulisitiawati."

Gadis berjilbab ping itu cukup manis. Tak kalah dengan Siti. Siti hardiyanti gadis barjilbab hijau nan damai, mata Coklat yang pandai berSholawat, dan berakhlak baik.
Oh iya aku sholat dulu ,mari kita sholat berjamaah bersama ustadz syaiful Abdullah dan yg lainnya”ajakku
Oh iya kami wudhu dahulu ya”ujar fatimah
Aku tersenyum dan melafadz subhanaalahu indahnya gadis itu..

Selesai menunaikan sholat aku berdoa “ ya Allah Swt yg maha kuasa, yg maha agung, yg maha pengasih dan penyayang, yg maha tinggi dan maha pengampun. Terima kasih ya Allah kau telah meriangkan hati sunyi hamba ini atas sosok gadis itu yg telah engkau pertemukan dengan hamba, sungguh hamba jatuh hati dan larut akan dirinya namun hamba tahu cinta besar hamba hanya untuk engkau ya allah, namun aku sungguh menginginkan hatinya, hati suci dan indahnya.semoga engkau mengetahui segala perasaan dan menguasai segala sesuatu. Amiennn (ayo para pembaca bilang aminn juga hehe)
“Kau sudah selesai imam??”ujar Fatimah
“su…suu..sudah kok..”jawabku dengan gugup
“mari kita ke taman, aku mau ajak kamu melihat matahari terbit sebentar lagi, di rumput hijau itu bersama siti dan silvia”ajak Fatimah
“baik..”subhanallahu betapa manis dan santunya perkataanya
“mari aku duluan aku tunggu… dah”ujarnya
“andai kau kekasihku takkan aku lepas dirimu dari pelukku Fatimah” gumamku sambil tersenyum
Kami pun kemudian berjalan meninggalkan Masjid itu.
"fatimah, ku lihat kau sering diantar jemput?" tanyaku.
"Iya, karena ayahku tak mengijinkan aku pergi sendiri...!" jawab fatimah lembut.
"Sepertinya kau selalu di perhatikan keluargamu," ucap Ku.
fatimah menundukkan kepalanya, "Apa aku kelihatan manja?"
"Tidak, kau kelihatan bijak dan dewasa..."
"Kau terlalu memujiku Imam. Aku tidak seperti itu," komentar Fatimah.
Fatimah tampak tenang. Tak berombak sedikitpun pada sinar matanya. Akan tetapi dalam hatinya, dia merasakan getar aneh saat tanpa sadar dan tak sengaja lenganku menyentuh kulit tangannya. Rona merah kini ada di pipinya. aku tersenyum melihat tingkah Fatimah.( aku emang suka sok tahu perasaan orang)
"Dan kau sepertinya suka memperhatikan Gadis berjalan di taman sekolah," kata Fatimah sambil tertawa kecil.
Sehingga Siti dan dea ikut tertawa. Agaknya mereka mengerti, kemana maksud kata-kata Fatimah. Karena Mereka tahu kalau Aku dan Wafiq sering duduk di taman. (yg baca juga tahu kan?? Haha)
"Kalau tidak salah kau sering melamun di taman," kata Fatimah lagi.
Aku tambah kaget. Sepertinya diam-diam Fatimah juga memperhatikanku.( baguslah kalau begitu..hhe)
"Tidak, hanya sedang melihat awan dan melihat rumput hijau menari-nari tertiup angin dan sembari melihat seseorang," Kataku  jujur. aku menatap Fatimah sejenak. Lalu pandanganku beralih melihat segerombalan teman2ku. aku mendecah, Tch.mau ngapain lagi tuh orang"aku pun memalingkan wajahku dari teman2ku (ganggu aja tuh orang )

"Siapa...?" tanya Fatimah pelan sambil mengerutkan alisnya. Siti dan dea duduk bersama dengan fatimah. Bahkan siti sering kali tertawa dan tersenyum sendiri.( haha kenapa tuh si siti???)

"Seorang gadis cantik, berjilbab nan anggun. Berjalan dengan pandangan kearah bawah, dan membawa kesejukkan kepada setiap orang yg menatapnya.Dia adalah Dirimu," kataku lirih di dekat Fatimah.

Tak terdengar di telinga Siti dan dea. Fatimah merasakan kata-kata itu menggetarkan jiwanya. Namun Fatimah mencoba menekan perasaannya. Meski mukanya terasa panas juga.( wah ada yg salah dengan kata2ku???)

"Sepertinya aku gadis yang beruntung, cowok sepertimu yang pintar dan sholeh serta berwibawa bisa memperhatikanku," suara Fatimah pelan sambil menundukkan wajahnya.

aku tersenyum melihat Fatimah. Lalu menarik nafasku beberapa kali. Sanggupkah aku mendekati gadis yang ada di hadapanku ini. aku berharap gadis ini juga mempunyai perasaan yang sama seperti diriku.
Lanjut ke sekolah kebanggan Indonesia
University of Indonesia
aku berjalan di koridor sekolah. Melangkahkan kakiku dengan tenang. wafiq yang baru datang menghampiriku. Mensejajarkan langkah kakinya denganku. kami berjalan masuk ke kelas.
"Aku dengar kau sudah berkenalan dengan fatimah," tanya wafiq malas.( wah kok dia tahu ya??)
aku melirik lalu duduk di kursiku, "Hnn, di kenalkan siti hardiyanti."
wafiq duduk dibelakangku, "Bagaimana pendapatmu?"
"Dia ramah, cantik, baik hati," aku mengingat pertemuanku  dengan fatimah.( yg tak aku ingat sandalku yg ketinggalan di mesjid hahaha ga penting ya lanjut XD)
"Hati-hati, dia seorang heiress dari keluarga Bakrie. Tak gampang kau mendekatinya," pesan wafiq.( wah kaya dong ?? bukan abdul rizal bakrie tapi bakrie prusahaan roti alias bakery hehe lucunya aku..haha)
Ayahku memang banyak bercerita tentang Fatimah. Setelah ayahku menceritakan padaku.aku ingin mengenalkanmu pada Fatimah. Aku senang jika kau mengenal Fatimah. Karena aku tahu Fatimah tidak mempunyai teman laki-laki karena sikap keluarganya yang terlalu protektif. fatimah gadis yang baik dan lembut. Mempunyai wajah yang cantik dan bentuk badan yang ideal. Langkah kaki yang gemulai dan leher yang jenjang. Dia gadis moslem yang sempurna. Mungkin juga dia calon kekasih yang di inginkan mu.ucap wafiq dengan panjang lebarnya.
"Besok sore Ada acara dakwah ustadz jefri al-buqhori di mesjid istora senayan kuharap kau akan mengajak fatimah kesana. Ada tausiyah yang ingin di lihat fatimah. Aku juga akan ikut kali ini. Apa kau berkenan?" tanya wafiq.( si wafiq walaupun malas rajin sholat dan dakwah )

aku terdiam lalu menoleh pada sahabatku, "Apa kau berniat meminjamkanku baju kokoh yg bagus,baju kokohku tak ada yg bagus boleh ya??"pintaku

"Ya, kurasa begitu...ayahku punya banyak kau bisa pilih sesukamu" wafiq menerima pintaku karena ayahnya memang mantan ustadz.

"Baiklah." Ucapku.

Saat ini dosen Muhammad zanudin yang mengajar di kelas kami tidak masuk. wafiq berdiri dan berjalan keluar kelas.

"Hei! wafiq," panggiku.

"Hnn."

aku mengikutinya keluar kelas, "Kita ke taman, di sini membosankan." aku berjalan dengan tenang.

kami mulai berjalan menuju di taman. Saat di koridor wafiq melihat fatimah dan dea berjalan menuju keperpustakaan kampus.

"mam, lihat ada fatimah dan dea." wafiq berhenti dan menunjuk arah ke dua gadis.

aku berhenti melangkah. Melihat tangan sahabatku yang menunjuk pada kedua gadis. Dan kulihat fatimah dan dea berjalan menuju perpustakaan. Kami pun berjalan mendekati dua gadis itu. wafiq hanya mengikutiku dengan malas.

"Merepotkan," Gumamnya.

"Hei...!" teriakku.( gak pake toa lho!! Ga penting lagi serius neh mam!! Hehe maaf)

Kedua gadis itu menoleh. aku melambaikan tanganku. fatimah dan dea menghentikan langkahnya. Keduanya tersenyum melihat aku dan wafiq.

"Mau ke perpustakaan?" tanyaku.

"I-iya." Jawab fatimah sedikit gugup.

"Apa kalian juga mau ke-" seru dea.

"Kami mau ke taman. Lalu melihat kalian." Potong wafiq.

"O... jadi begitu." Kata dea

Diam-diam gadis itu menyukai aku. Tak ada yang tahu perasaannya pada ku. Sayang sekali, dea melihat kalau aku ada perhatian dengan Fatimah, sahabatnya. Kalau bukan Fatimah, tentu dia mau bersaing. Dia tak mau mengecewakan perasaan sahabatnya. Dia juga tahu Fatimah mempunyai perasaan yang sama terhadapku.( hiks..hiks maaf ya dea..)

"Gimana kabarmu Fatimah?" tanyaku basa-basi.

 Gadis itu tersenyum. Dan ia hanya menundukkan kepalanya dan teringat orang yang beberapa malam hadir di mimpinya setelah pertemuan di masjid. Semburat merah di pipi mulusnya merona dengan suksesnya.

"B-baik..."

Aku dan dia terdiam. Sementara melihat situasi seperti itu, wafiq dengan pengertian mengajak dea masuk ke perpustakaan.aku dan fatimah terlihat santai. kami duduk di luar perpustakaan di bangku depan perpustakaan.

"fatimah,"

"Ya, Imam?"

"Besuk jadi dengar tausiyah?" .

ia mengangguk, "Kata dea dan siti sih jadi."

"Boleh aku ikut?"

"Kalau kau mau, ikut saja." Fatimah menarik nafas panjang.

"Sepertinya ada yang kau pikirkan...?" tanyaku melihat fatimah.

fatimah tersenyum, "Ah... aku senang bila kau ikut agar kau bisa memahami islam lebih dalam dan hakiki benar begitu??."

"Oke, aku ikut. Besuk jam berapa?"

ia berdiri, "Jam lima pagi." Lalu meninggalkanku masuk ke perpustakaan. aku tersenyum melihat punggung fatimah yang berjalan menjauh dariku.

'Gadis yang menarik. Aku menyukainya,' batinku.

Senja sore yang paling indah yang pernah di rasakanku. Sebagai seorang lelaki aku jarang menikmati perasaan seperti ini. Oo, mengapa tidak dulu-dulu aku merasakan perasaannya dan mengenal fatimah.
Sementara di masjid istora senayan, Ustadz u.j berceramah dengan lantangnya.
Fatimah menatapku yg duduk dibarisan depan, "imam syah?" ujarnya lembut namun aku mendengarnya karena aku juga memperhatikanya.

"ya aku disini ada apa Fatimah??."

"Eh..."ujarnya
.
Lalu ceramah pun selesai kami pun hendak pulang namun sebelum itu aku mengajak fatimah berbincang.
Mata fatimah itu memancarkan ketulusan. Aku menemukan apa yang selama iniku cari. aku menemukan ketulusan hati gadis itu. aku mengecup kening gadis itu. aku tersenyum lembut pada gadis itu. Otomatis wajah gadis itu sudah merah. Jarang sekali aku sedekat ini dengan wanita, biasanya keringatku akan mengucur deras dan aku tak tahan memalingkan pandanganku,namun kali ini aku sangat damai dan nyaman disampingnya. Hanya ia yang bisa membuatku melakukan itu semua.

"Terima kasih Fatimah." Ucap ku, saat fatimah akan pergi meninggalkanku.

Aku mempunyai kesempatan untuk menunjukkan keberanianku.” Berani mencintai gadis dan ingin melindunginya. aku tidak pernah merasakan cinta. Karena aku menghindarinya apa yang di sebut Cinta.karena bagiku cinta itu nista, tak ada yang setia menjalin cinta semuanya akan menjadi benci”pikirku, Tapi sejak kehadiran Fatimah aku menyukainya aku mulai mengerti apa itu hati dan siapa orang yang berhak menemani hatiku karena Allah menciptakan hati dengan pasanganya.

"Terima kasih untuk apa? Tanya Fatimah.

"Kau mengubah cara pandanganku dan menumbuhkan semangat baru untukku. Tapi entah kenapa ada perasaan takut menghantuiku."seruku

Fatimah menatapku, "Itu hanya perasaanmu saja. Apa yang kau takutkan?"

"Aku takut kehilanganmu...dan terpuruk dalam kesendirian" bisikku.

Fatimah terdiam mencerna perkataanku. Sebenarnya dia juga takut kehilangan aku yg telah lama hadir dimimpinya.

"Aku mencintaimu, Fatimah." Seruku dengan lantang sambil bertasbih dihatiku.

fatimah memeluk aku, "Aku juga mencintaimu."
Hatiku bergetar,pikiranku kacau,aku tak kuasa menahan rasa Maluku, ternyata dia membalas apa yg kukatakan, perkataanku tentang CINTA padanya,”terimakasih ya Allah.”batinku

"Aku pulang dulu. Aku takut keluargaku menghawatirkanku." Kata Fatimah berpamitan padaku.

"Aku antar?"tawarku

"Tidak usah, arigatao Imam Syah kau sangat baik."

"Tunggu, tunggu sebentar," aku menghentikan fatimah yang akan berjalan.

"Hnn, apa?" Fatimah tersenyum.

aku tersenyum.fatimah memejamkan matanya, menanti sesuatu yang akan kuberikan. Dan sebuah Cincin anggun tepat berada dijemari manisnya. Keindahan itu mengalir dalam jiwanya. Dan fatimah mengakui, bahwa dia menemukan sesuatu yang lain pada ku yang terkenal aneh. Kelembutan seorang cowok yang berlaga sok romantic tapi memang romantic,lalu aku mengecup keningnya.
“ini aku berikan untukkmu,”ujarku
“terimaksih banyak imam”ucapnya
“sudah lama aku beli ini dan saat ini adalah saat terindah bahkan aku tak akan lupakan setiap detik yg berlalu hari ini aku sangat bahagia doaku kini terkabul sudah, aku berhasil mendapatkanmu”seruku

"Besok pagi aku akan ke sini..." ucapku
fatimah menangkap senyum sempurna di bibirku. Dan membuatnya jadi penasaran.

"Ada apa?" tanya fatimah.

"Aku membayangkan kau dengan pakaian seksi. Pasti sangat mengasikkan." ( wkkkk ngaco XD )
"A-apa?" tatapan Fatimah berubah menjadi horor melihatku, "Dasar mesum." Lanjutnya dengan muka memerah.( hehe becanda sahabat pembaca, aku tak mesum kok )

"haha,bercanda inilah sifat humorku" ucapku.
“yah..aku tahu..aku semakin sayang padamu “ujarnya
“sudah yah aku pulang..dah”
Aku tersenyum lebar, "Peluk bayangku dalam setiap tidurmu,dekap aku dalam mimpimu,ingat selalu diriku dalam hatimu. Oke!"( udah keren belum kata2nya ?? hehe maaf lanjut )

" romantis banget," kata Fatimah bahagia.

Fatimah meninggalkanku. Senyumnya mengembang merasakanku cowok yang menyenangkan. Siapa bilang cowok itu dingin? aku cowok yang lembut dan romantis bagi fatimah.( no comment silahkan lanjut hehe)
-Bakrie mansion-
Akan tetapi perasaan bahagia itu hanya sebentar. Saat dia sampai di rumahnya, fatimah kaget melihat sosok cowok yang duduk di teras bersama adiknya.

Perasaan Fatimah tidak enak saat dia turun dari mobilnya. Dia tidak mengenal pemuda yang duduk bersama adiknya, handayani.

Sepasang mata Biru itu menatapnya. Ada tatapan berbeda dari mata itu, seperti menggerayangi seluruh tubuhnya.

"kakFatimah?" sapa adiknya.

fatimah tersenyum pada adiknya. Lalu masuk kedalam rumah. handayani mengikuti kakaknya masuk meninggalkan pemuda berambut hitam yang memakai jas itu

"Siapa dia, handayani?" tanyanya pada adiknya.

"Anak dari temannya Ayah." Jawab adiknya.

Mereka berdua duduk di meja makan. Handayani mengambil jus anggur pada kakaknya.

"Arigatao, adikku." Handayani berjalan meninggalkan fatimah masuk ke kamarnya.

Langkah kaki seorang pria mendekatinya. Dengan wajah yang penuh tanya, dia berdiri di hadapan putrinya.

"Dari mana saja kau, fatimah?"

faimah menatap ayahnya, "Ada keperluan sekolah ayah." Alasannya.

"Kenapa lama?"

"Ayah, aku keluar bersama dea mengerjakan tugas dari dosen." Fatimah  berbohong pada ayahnya.

"Imam santoso telah menunggumu dari tadi."( pinjem namamu imam santoso haha sama2 imam tak boleh saling mendahului disini kita RIVAL dari belahan hati yg sama Fatimah )

Mata indahnya melihat ke teras, "Kenapa menungguku, aku tidak kenal dengan dia."

"Kau akan bekerja dengannya dan tinggal dengan keluarga SaNtoso."

Fatimah tersentak kaget. Wajahnya menjadi pucat. Dia tak percaya apa yang dikatakan ayahnya. Bagaimana bisa, ayahnya tidak pernah bercerita tentang ini. Dan sekarang saat dia merasakan cinta dari ku, dia malah akan hidup bersama keluarga Santoso. Dan pemuda yang belum pernah dikenalnya.( jangan mau, sama imam syah aja “oke tenang aja penonton hehe”)

"Fatimah temuilah Santoso. Jangan kecewakan ayah." Bakrie menekan kata-katanya.

fatimah berdiri dari kursinya,"Aku lelah ayah. Aku mau istirahat."

"Fatimah," bentak ayahnya.

Fatimah berjalan dengan malas, "Baiklah ayah," menuju teras. Dimana pemuda itu berada..

Imam santoso adalah anak dari pengusaha dari Bandung. Dia penerus perusahaan Santoso™. Perusahaan Bakrie atau bakery  mengalami kebangkrutan. Perusahaan Santoso membantunya dengan syarat, anak bakrie harus mengabdi pada keluarga Santoso. bakrie memilih fatimah karena dia anak tertua.

"Siapa namamu?" tanya santoso.

"Fatimah," dia menjawab ketus. "Dan kau?"

"Aku Imam santoso, berapa umurmu?" tanyanya lagi.

"Aku 17 dan kau sendiri?"

"19," jawabnya singkat. fatimah terkejut menatap pemuda itu.nama yg mirip dengan imam syah namun ttap tak mampu mengetarkan hatinya dan ia Masih muda namun sudah menjadi pengusaha.

Santoso melihatnya, "Apa kau baik-baik saja?"

"Eh... tidak. Aku hanya merasa lelah."

Santoso berdiri, "Baiklah aku pulang dulu. Dua hari lagi kau sudah harus siap bekerja setelah pulang sekolah."

Fatimah  meninggalkan santoso masuk. bakrie mengantar santoso kedepan gerbang. Pemuda itu melajukan mobil merahnya dengan tenang.

' Dia sangat cantik dan menarik,' batin santoso(huh maunya kau santoso kita RIVAL)

Fatimah bangun pagi-pagi dan buru-buru mandi. Seragam sekolah sudah di pakainya. Kaki kecilnya menuruni tangga. Disambarnya kunci mobil dan berlalu ke luar menuju garasi. Hari ini dia ingin membawa mobil sendiri tanpa sopir. Fatimah tidak menuju ke sekolah melainkan ke Kiosku Dia melangkah masuk ke apertemenku. Didepan pintu dia bertemu dengan Wafiq yang sudah lengkap dengan seragamnya. Wafiq menginap di apertemenku.

"Hei Fatimah?"

"imam ada,fiq?"

Wafiq menoleh kedalam, "Tuh, masih tidur. Katanya tidak ke sekolah. Fatimah, aku duluan. daah ..." Wafiq meninggalkan fatimah dan menuju mobil miliknya.( maaf saya suka bangun siang jgn disiram air ya..hehe)

Fatimah masuk kedalam dan tersenyum melihatku yang masih tidur. fatimah sudah berniat tidak ke sekolah. Dia ingin berbicara dengan aku tentang masalahnya. Fatimah tersenyum terkikik, diambilnya ujung rambutku. Dan mempermainkanya di telingaku. aku yang masih terlelap itu sesekali menggerakkan tanganku. ia tertawa kecil. Tawanya membuat aku membuka mataku. aku terbangun dengan kaget. fatimah sudah di kamarku dan duduk disisi kasurku.( untung aku gak disiram air hehe)

"Kau!"

Fatimah masih tertawa kecil, "Bangunlah, semalam tidur jam berapa?"

aku mengucek mataku, "Aku semalam tak bisa tidur, aku memikirkanmu dan merindukanmu."

aku bangkit mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Sementara ia menonton televisi( gak ada yg lain apa masak kek! hehe maaf)

aku keluar dari kamar mandi. Aku tersenyum melihat Fatimah yang sedang menonton acara naruto di tv. aku mendekatinya dan berkata”kau suka naruto juga ya??”. ( maklum mandinya pake NOS )
“hn..tentu”jawabnya
"Kau tampak gelisah, fatimah," bisikku di telinganya.
ia tak menjawab
"imam..."ujarnya

"Hmm?"sambil mengusap kepalaku dengan handuk

"Apa kau sungguh-sungguh mencintaiku?"

"Kau tak percaya padaku, fatimah?"kaget dan terlamun sesaat

"B-bukan begitu, aku hanya meyakinkan saja," suara lembut Fatimah.

"Astagfirullah! Apa aku harus membuktikannya kalau aku benar mencintaimu?"

Fatimah menatap mataku, "Bagaimana kalau aku pergi darimu?"

"Apa kau ingin memutuskan hubungan kita!"ucapku dengan kaget

Fatimah tersenyum pahit, "..."

"Jika apa yang kau katakan benar. Kau menyakiti hatiku, Fatimah," kataku. aku menatap jendela. Pohon disamping jendela itu terlihat teduh. Tak seperti hatiku yang kering jika gadis yang dicintaiku pergi meninggalkan diriku. aku menarik nafas. Lalu menatap matanya dalam-dalam. aku melihat ada duka di telaga matanya yang jarnih itu. Bulir-bulir air turun dipipi gadis itu.

"Kenapa kau menangis?" tanyaku.

"Aku tak mau kehilangan dirimu..."jawabnya

aku memeluknya dengan lembut, "Pelukkah aku,fatimah." ia memelukku. Menangis dalam dekapanku.

"Aku sangat mencintaimu, fatimah."seruku

"Benarkah?"

aku mencium kening putih itu, "Kau tak percaya...?"

"B-bagaimana aku harus percaya?"

"A-ambillah, imam. Akan aku berikan jika kau memintanya. A-aku rela bila kau yang mengambilnya." Tambah fatimah.

aku terpaku mendengar ucapannya. aku menatap mata gadis itu. Haruskah aku mengambilnya, merenggut kegadisan gadis itu. 'astagfirullah' aku mengutuk diriku sendiri.tidak..kenapa ceritanya menjurus kesini??haha ini pasti hanya humornya”batinku

"imam..."

"Hmm."

"Sudah kuputuskan. Aku siap..."

"astagfirullah innalillahi wa innalillahi rojiun,Fatimah sadarlah, apa yang ada dipikiranmu...?"

"Lakukanlah..."

"Kau nekad, fatimah!"

"Hmm," gadis itu menatap memohon padaku. Dia sudah memikirkan ini semalam. Dia akan memberikannya pada orang yang sangat dicintainya.

ia memejamkan matanya. Mempertandakan kalau dia sudah siap. ( sensor aktif )
“Aku tak bisa Fatimah…maafkan aku aku tak mengerti semua ini??”ucapku( hehe penonton gagal aku gak mau )

aku tak rela bila kegadisanmu direnggut sekarang tanpa ada ikatan. fatimah menatapku dan mendorong tubuhku menjauh darinya. ia beranjak dari kamarku.
fatimah mengusap air yang hangat mengalir di pipinya, "Sudahlah, aku pergi sekarang."

Tanganku menyentuh pipinya. Dengan cepat ia menepisnya dan berlari keluar kos.

"fatimah, tunggu aku. Dengarkan penjelasanku dulu!" aku mengejarnya.
fatimah tak menghiraukan panggilanku. Dengan perasaan kesal, dia masuk kedalam mobil dan menancap gas dengan kencang. aku keluar dari kos dan mengejar mobilnya. Tapi sayang,ia tetap melesatkan mobilnya dengan kencang.( huft tunggu aku..)

aku mengatur nafasku yang tersenggal-senggal. kulihat mobilnya  yang menjauh dan tak kelihatan.

Dengan langkah gontai aku kembali ke kos. Perasaan bersalah padanya meliputi perasaanku.
“Apa ini sandiwara??, mengapa ia inginkan itu??, apa yg terjadi padanya??”perasaanku gundah memikirkanya. (maaf ya ini cuman scenario masalah cinta)

Mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi. Dari arah berlawanan meluncur sebuah bus dengan kecepatan tinggi pula. ia tak bisa menghindarinya.

CIIITTT CIIITTT CIIITTT BRUUUAAAKKK ..( ada apa?? Ada coklat ada melon ada strawberry ada nanas mau?? Enggak !!! hehe ada kecelakaan)

Akhirnya terjadi tabrakan diantara dua kendaraan itu. Fatimah memekik, selanjutnya merasa matanya gelap. Ya, gelap semuanya.

Tersiar kabar yang menggemparkan, bahwa Uswatun Fatimah meninggal dalam kecelakaan itu. Bagai tersambar petir disiang bolong, teman dan sahabat Fatimah mendengar kabar itu. Apalagi Diriku, aku terpukul atas kepergiannya. Kini perasaanku tambah merasa bersalah dan bersalah. aku berpikir kematiannya adalah kesalahanku. Seandainya saja authornya gak bikin scenario memalukan ini pasti aku masih bisa melihat Fatimah.namun aku yakin ini jalan terbaik buatku.

Enam bulan kemudian.( lebih keren dibilang 1 semester haha )

Seorang gadis duduk di sisi ranjang rawat. Sesekali dia bercerita pada kakaknya yang sudah menutup matanya selama enam bulan setelah kejadian kecelakaan itu. Rasa kasihan yang dirasakan Handayani melihat Fatimah terbaring di ranjang rawat.

Flash back:

Setelah kejadian kecelakaan fatimah dilarikan ke rumah sakit. Dalam perjalanan menuju rumah sakit mulutnya selalu menyebutkan namaku 'Imam syah'. Kepalanya yang terbentur keras banyak mengeluarkan darah. Dengan cepat Fatimah dimasukkan ke UGD.

Tak lama kemudian Bakrie, Handayani, dan Imam santoso tiba di rumah sakit. Dan menunggu di depan ruang UGD. Beberapa jam kemudian, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang UGD.

"Apa anda keluarga korban?" tanya dokter yang bernama wicaksono.

Bakrie mengagguk pelan, "Iya, kami keluarganya."

"Mari keruangan saya, ada yang perlu saya bicarakan." Bakrie berjalan mengikuti Dokter keruangannya.

Fatimah sudah dipindahkan keruang intensif. Imam santoso dan Handayani menemaninya diruang itu. Tubuh fatimah terpasang alat deteksi detak jantung, selang pernafasan dan selang infus ditangannya. Wajahnya kini terlihat pucat dan matanya tertutup rapat.

Knok Knok

Pintu kamar rawat Fatimah terbuka. Bakrie berjalan mendekati putrinya dan melihat keadaan Fatimah yang terbaring di kasur rumah sakit. Santoso menanyakan apa yang dikatakan dokter padanya.

"Ingatan fatimah kemungkinan akan hilang," katanya

Handayani shock mendengar kata ayahnya. "Seperti itukah? Apa yang akan anda lakukan sekarang?" tanya santoso.

"Kita tak bisa memaksanya untuk mengingat dirinya. Jika itu terjadi otaknya akan mengalami pendarahan dan mengakibatkan kematian," jawab ayah fatimah.

"Tapi ayah, Fatimah kan..-"

"Sudahlah Handayani. Biarkan kakakmu mengingatnya sendiri," potong ayahnya.

"Dan aku mau tanya padamu Handayani. Siapa 'Imam syah' itu? Dokter mangatakan sebelum Fatimah dioperasi dia selalu menyebut nama itu!" tanya Bakrie.

Handayani menarik nafas panjang, "Dia teman sekolah kakFatimah... sekaligus pacar kakFatimah." kafatimah pernah bercerita padaku, kalo dia sangat mencintai pacarnya yang bernama IMAM SYAH.

"Jadi begitu. Kenapa dia tetap melakukan itu, padahal aku melarangnya berpacaran. Dasar anak tak tau diuntung."

Bakrie menatap Santoso, "Santoso., setelah Fatimah sembuh kuharap kau segera mambawanya. Ini sudah menjadi kesepakatan kita."

"Ayah!" seru Handayani. Bakrie memelotototinya agar diam.

"Terserah anda Pak.bakrie. Tapi bagaimana dengan sekolahnya dan teman-temannya?" komantar santoso.

Bakrie memejamkan matamya, "Aku akan mengabari sekolahnya, kalo fatimah sudah meninggal."

End Flash Back

"kakFatimah, bangunlah. Ini aku Handayani," Bisik adiknya di telinga kakaknya.

santoso yang duduk di sofa memandang fatimah. Ditatapnya wajah fatimah yang membuat hatinya tertarik. Santoso menyukai Fatimah saat pertemuan pertama mereka. Namun Fatimah dingin terhadapnya dan tidak suka kehadirannya.

'Aku tahu sekarang kenapa kau dingin kepadaku, ternyata kau sudah mempunyai pacar. Aku tak mau menyerah untuk mendapatkanmu,' batin santoso.

Handayani mengusap tangan kakaknya dengan lembut. Tangan fatimah bergerak merespon usapan adiknya. Handayani merasakan tangan kakaknya yang bergerak, dia langsung keluar mencari Dokter. santoso yang melihat Handayani keluar kamar rawat hanya menatapnya dingin.

Handayani yang datang bersama Dokter menghampiri fatimah. dokter memeriksa keadaan fatimah dan mulai melepas alat detak jantung, alat nafasnya. fatimah sudah tak membutuhkan itu, dia sudah normal tinggal menunggu dia membuka mata. santoso yang terkejut apa yang dilakukan dokter.

"Kenapa dilepas? Apa yang terjadi padanya?" tanya santoso dingin.

dokter tersenyum, "Tidak usah khawatir, dia sudah tidak membutuhkan ini. Dia sudah bisa bernafas lewat hidung." santoso hanya mengangguk.

"Baiklah, saya keluar dulu kalo ada apa-apa hubungi saya," dokter berjalan keluar kamar rawat Fatimah.

Tak lama kemudian mata Fatimah terbuka pelan-pelan. ia mengedarkan pandangannya diruangan yang serba putih itu.

"Dimana aku?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"kakak fatimah?" panggil Handayani.

fatimah menatap adiknya, "kaka fatimah? Siapa fatimah?" tanyanya.

fatimah mengangkat tubuhnya untuk duduk, dengan cepat santoso membantu fatimah duduk dan menyandarkan di bantal. fatimah juga menatap santoso, kini tatapannya tak sedingin saat mereka pertama bertemu. Melainkan tatapan tanda tanya.

"Kau siapa?" fatimah menatap santoso, "Dan kau siapa?" tanyanya pada Handayani.

"Ini aku, Handayani adik mu dan itu kaka santoso

"Adik?" mata fatimah menatap adiknya handayani.

"Ya, dan kau Fatimah." seru Handayani.

"fatimah? aku tidak tahu nama itu. Apakah itu namaku?" tanyanya.

Handayani memeluknya, "kau uswatun fatihan bakr-"(aturan uswatun Fatimah bakrie)

"uswatun Fatimah santoso. Kau Fatimah santoso," santoso memotong kata Handayani.

"Kak santoso, apa maksudmu?" Handayani menatapnya.

"Jangan banyak ikut campur anak kecil," Santoso memberinya deathglare.( penonton yg kena deathglare mohon maaf segera ambil minyak kayu putih ya hehe)

Handayani mengangkat bahunya dan membuang muka. Dia tahu ini tak adil buat kakaknya karena perjanjian ayahnya dengan Santoso.


Seminggu kemudian Santoso membawa fatimah pergi kerumahnya di Bandung. Kini namanya bukan uswatun Fatimah bakrie tapi uswatun Fatimah santoso. Mereka tinggal serumah dan ditemani pelayan yang bernama Inem dan sopir yang bernama joko.

Kamar mereka berbeda, fatimah menggunakan kamar diujung lorong sedangkan Santoso tetap dikamarnya. Sekolah fatimah juga baru, dia menjadi murid baru.

Fatimah kini menjadi orang berbeda. Tidak mengingat kehidupannya sebelum kecelakaan. Tidak mengingat orang yang sangat dicintainya,aku, imam syah. Dan sahabatnya, siti dan dea. Memorinya tentang kenangannya terhapus setelah operasi. Karena banyak darah yang masuk keotaknya, Dokter memutuskan untuk mengeluarkan darah di kepalanya yang mengakibatkan hilang ingatan. Hanya keajaiban yang bisa mengembalikan memorinya. fatimah hanya tahu santoso adalah keluarganya. Selalu ada di sisnya. Meskipun santoso, terkadang aneh padanya.

Mentari pagi mengedarkan sinarnya di kota bandung. Fatimah santoso memakai seragam sekolahnya lengkap dengan blazernya. Rambut panjangnya ditutup jilbab putih. Kakinya melangkah menuju ruang makan. santoso sudah menunggunya untuk sarapan dan mengantarnya sekolah lalu berangkat kerja.

"Pagi,tuan santoso."

santoso menatapnya, aroma wangi lavender masuk kelubang hidungnya. Dinikmatinya wangi itu yang membuat hatinya terhanyut pada fatimah.

"Kau terlalu formal, cukup panggil santoso."

fatimah tersenyum, "Hm, baiklah." Senyuman itu membuat hati santoso berdesir.

"Pulang sekolah langsung pulang," ucap santoso datar.

"Iya, lagian inikan hari pertama aku masuk sekolah. Jadi aku belum punya teman."

Sarapan mereka sudah selesai. santoso mengantarkan fatimah ke sekolah. Gerbang ITB menjulang tinggi, siswa-siswi memasuki gerbang sekolah. Mobil warna merah maroon berhenti di depan gerbang.

santoso mencium kening fatimah, "Selamat belajar. Ingat pesanku."

Pipi Fatimah blushing, "Hai'... daah." Fatimah turun dari mobil Santoso dan tersenyum. fatimah melangkah masuk ke sekolah menuju ruang guru.

Kelas Technologies of art

Seorang guru masuk diikuti fatimah di belakangnya. Mata mereka tertuju pada fatimah. Genma guru yang mengajar jam saat ini. Genma memberi tahu muridnya ada murid baru yang akan menjadi teman mereka.

"nona santoso, kenalkan diri anda pada yang lainnya," pinta Genma.

fatimah menghadap teman-teman barunya, "Kenalkan aku uswatun Fatimah santoso, cukup panggil fatimah. Mohon bantuannya."

" fatimah silahkan duduk ditempat yang kosong itu," genma menunjuk bangku kosong.

"Arigato, sensei."

fatimah berjalan menuju bangku yang kosong. Dilihatnya bangku sampingnya yang masih kosong. Fatimah tersenyum pada murid yang duduk dibelakangnya. Rambut hitam jabrik bermata biru tersenyum lebar membalas senyum fatimah. fatimah  duduk dengan tenang dan menghela nafas. Akhirnya salam perkenalan lancar tidak ada kendala.

"Salam kenal, aku Zul Bahri. Panggil zul saja," zul mengulurkan tangannya dari belakang. fatimah akhirnya menoleh kebelakang dan membalas uluran tangan Zul.( hehe Zul nama u w pake lumayan msuk cerita w)

zul mengenalkan teman-temannya, "Gadis yang berambut panjang itu, Silvia lindasari." Silvia melambaikan tangannya. Lalu zul menunjuk teman sebangkunya, "Ini harry ichsan." harry tersenyum geje pada fatimah.( pinjem nama sob harry hehe)

Hosh Hosh Hosh

Seorang murid terlambat masuk dengan ngos-ngosan. Murid itu mempunyai mata hitam dan rambut hitam kulitnya pucat. Namaya syahroni. dia minta maaf pada Genma-sensei karena terlambat. Genma menyuruhnya untuk duduk. roni berjalan menuju bangkunya dan mata hitamnya melihat fatimah. Aw! Ada murid baru rupanya. Duduk sebangku denganku lagi. Welcom in the Hell ! !

"Hei! Kenapa kau telat? Padahal yang sering telat itu kan si Bodoh ini," tangan harry menunjuk zul. Bibir zul langsung manyun kedepan.( aturan aku yg sering telat hehe jujur )

roni melihat fatimah setelah duduk dibangkunya, "Hai, kenalkan aku syahronni, panggil ronni saja." Ronni mengedipkan matanya.( syahronni itu kakakku di cerita ini dan sebenarnya hehe)

"Aku fatimah, Fatimah santoso. cukup fatimah saja," ronni mengangkat sebelah alisnya. 'Santoso!' ronni sebangku dengan fatimah.

Ding Dong

Waktunya jam Istirahat sudah tiba. silvia menghampiri fatimah, " fatimah, ayo ke kantin apa kau tidak lapar?"

fatimah beranjak dari kursinya, "Iya."

"Hei! Apa kalian juga tak lapar," ketus silvia pada zul, harry, ronni.

Mereka berlima berjalan menuju kantin sekolah. zul adalah pacar silvia mereka sudah pacaran sejak mulai masuk ITB. harry anaknya yang selalu menjomblo tak ambil pusing yang namaya pacaran, dia enjoy dengan kesendiriannya. Sedangkan ronni anaknya pendiam kalo di sekolah, tapi kalo di luar jangan tanya kenakalannya. zul, silvi, harry sudah mengetahui watak ronni. mereka sudah berteman sejak mereka menginjakkan kaki di ITB.
Back to imam syah university
Kehidupanku berubah sejak kabar kematian fatimah. aku banyak menghabiskan waktu melamun baik di kelas maupun di taman. Sahabatku mendekatiku di taman dan menepuk bahuku.

"imam, kau tahu? Jika fatimah masih disini pasti dia akan sedih melihatmu seperti ini," nasehat Wafiq.

"Kau tahu? Dia sangat berarti untukku. Aku sangat mencintainya dan takkan pernah lupa dengan semua yang ada pada dirinya," aku memandang jauh kedepan.( untung gak ada tembok yg menghalangi pandanganku )

"Aku tahu itu. Tapi lihatlah dirimu, keadaanmu. Kau malah membuatnya tak tenang disana," Wafiq melihat langit yang cerah.

Mata hitam milikku mengikuti arah mata Wafiq, "Ini semua salahku... jika aku menurutinya pasti ini takkan terjadi." aku membayangkan wajah fatimah di langit.

"Aku dan Siti menghawatirkanmu. Jadi bangunlah dari keterpurukanmu mam!!."

"Tch." aku mendecak. "Entah sampai kapan aku bisa melupakannya." wafiq memukul pelan lengan ku.

"Aku tahu kau pasti bisa demi fatimah," kata wafiq.
“TT aku tak yakin hanya dia wanita yg selalu kupuisikan dan kudambakan dalam setiap helaan dan hembusan nafasku aku mengingatnya sosok indah hatinya yang damaikan sanubari sepi hidupku, kumohon ya Allah kembalikan ia padaku walau waktu tak bisa tunjukan itu tapi biar aku bertemu dia di alam sana”batinku dengan sedih ( teman2 yg baca ikut berdoa dong TT )
Beralih ke Bandung ITB

"Kau mau pesan apa, fatimah?" tanya silvia setelah sampai di kantin.

"Terserah kau saja."

Mereka duduk berlima di meja yang sama. zul yang perutnya sudah berteriak-teriak, mendesis memegang perutnya yang lapar. Makan! Makan! Makan!( lebay gilaa hehe sorry zul )

"Dasar aneh!" silvia menjitak kepala pacarnya.( wow!! )

"Aow! yayang, sakit tau!" tangan zul mengusap-usap kepalanya.

"Baiklah-baiklah, aku yang pesan. Seperti biasa kan?" harry berdiri dari kursi dan memesan makanan pada kak sulis. Mereka mengangguk kecuali fatimah.( harry memang perhatian dan bisa diandalkan haha )

"Apa kau mau bergabung dengan kami, fatimah?" tawar ronni

"Aku?" tangan fatimah menunjuk dirinya sendiri.

"Ya iyalah masak dengan hantu," sahut silvia menepuk jidat lebarnya.( haha jidat kak silvia lebar gak ya?? )

zul mengangkat satu tangannya ke atas, "Pasti sangat menyenangkan, he~he~he~."

"Kayaknya aku gak bisa," kata fatimah.

"Ayolah fatimah, pasti kau akan menyukainya," rayu ronni dengan mata memohon.

zul dan silvia menatap fatimah berharap gadis itu mau bergabung. fatimah yang melihat tingkah mereka hanya tertawa kecil. Bagaimana dia menjawab kalo belum mengenal mereka dengan baik. Ini kan pertama dia masuk kesekolah, masak sudah ditawarin bergabung dengan mereka. Belum lagi fatimah harus meminta ijin pada snatoso. Apa yang akan di katakan santoso, dia tak bisa membayangkannya.

"Aku pikir-pikir dulu ya?" pilah fatimah pada mereka.

harry datang dengan pesanannya, "Ini dia! Makanan sudah siap. Ayo kita serbu."

zul, ronni, harry dengan bakso yang masih mengepul panas dan minuman ringan. fatimah dan silvi dengan batagor dan es teh. Mereka sangat menikmati makanannya. zul yang lapar akhirnya menambah porsi baksonya dan memakan dengan lahapnya.

.

fatimah berjalan dengan silvia menuju gerbang sekolah, setelah bel sekolah menandakan pulang. fatimah melihat sebuah mobil sudah menunggunya di depan gerbang. santoso tidak akan membiarkannya pulang sendiri. Sopir yang akan menjemputnya setiap pulang sekolah.

" fatimah, apa kau dijemput?" tanya silvia melihat pria yang sudah berdiri disisi pintu mobil.

"Iya silvi. Apa kau mau bareng denganku? Sekalian mengantarmu pulang."

silvia tersenyum, "Arigatao, tapi aku menunggu zul. Kami selalu pulang bersama."

Tak lama kemudian dua motor mendekat. ronni yang berboncengan dengan harry membuka helmnya dan mengedipkan sebelah matanya pada fatimah. Wajah fatimah sontak memerah melihat ronni.

" fatimah! kami duluan. Jaa..." silvia dibonceng zul dan memakai helm.

"Iya," fatimah melambaikan tangannya saat mereka keluar dari gerbang sekolah.

" fatimah!" joko memanggilnya dan membuka pintu mobil.

fatimah melangkah masuk kemobil, "maaf, joko."

joko tersenyum dan menutup pintu setelah fatimah duduk di mobil. Dia tak mau kena marah tuannya, jika membawa fatimah pulang telat kerumah. santoso telah berpesan padanya, sehabis menjemput fatimah harus pulang kerumah tidak boleh mampir kemana-mana tanpa seijinnya.


Empat remaja memasuki warkop dengan pakaian seragam sekolahnya. Zul  yang menggandeng silvia tersenyum lebar. ronni dan harry hanya saling pandang. Dan mereka duduk di pojok warkop.( zul belagu banget tuh gandeng cewe haha )

"Dasar zul suka mamerin pacarnya," gerutu harry.

ronni melirik gadis yang lewat di depannya, "Sudahlah harry, mendingan kau cari pacar," ujarnya tanpa memperhatikan harry.

"Kau ini selalu melihat gadis-gadis dengan otak mesummu," seru harry yang memperhatikan ronni.

"Selagi kita masih muda, kita gunakan untuk menikmati gadis-gadis," papar ronni.( ajaran sesat jangan ditiru hehe )

harry melihat zul dan silvi yang sedang bersendagurau. Dia merasa risih melihat pasangan ini, melakukannya di warkop. harry menggelengkan kepalanya. Untung aku masih menjomblo dan belum kepikiran mencari pacar batinnya.( hehe warkopnya modern sob bukan warkop 2 x 2 meter haha )

Gadis berambut panjang mendekati Ronnie, "Hai! Lama tak menghubungiku. Aku kangen."

"Aku lagi sibuk, cinta." bohong ronni.

Tangan cinta menggelantung di leher ronni. harry mendengus kesal, melihat teman-temannya yang asyik sendiri.

"Aku pulang dulu, membuatku ingin muntah saja," pamitnya pada teman-temannya.( harry ngambek dihatinya dia pengen main computer dirumah haha )

"Aku pulangnya bagaimana, jika kau pulang!" seru ronni.

zul dan silvia tak menghiraukan ronni dan harry, mereka asyik dengan kemesraan mereka sendiri.

"Kau minta saja gadis itu mengantarmu pulang, lagian aku tak mau kena damprat karena pulang telat terus," tangan harry menunjuk cinta lalu berjalan keluar warkop.

"Biar aku antar, sekalian kita bisa bersenang-senang sampai puas," bisik cinta di telinga ronni. ronni menenggak minuman ringannya.( telinganya sedikit pengang karena cinta bicara sambil teriak haha )


fatimah melempar tas sekolahnya di meja belajar. Tanpa berganti pakaian fatimah langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. fatimah memikirkan tawaran dari ronni untuk bergabung dengan mereka.( untung gak ada bomnya tuh tas haha)

santoso menyempatkan pulang dari kantor untuk melihat fatimah ada di rumah. Mobil merah maroonnya berhenti di depan pintu. joko menyambut tuannya yang keluar dari mobil.

"Selamat siang tuan?" sapa joko.

"Siang," santoso masuk kedalam rumah.

Makanan yang disajikan di meja makan masih utuh. fatimah belum menyentuh makanan itu. Seorang pelayan yang bernama inem menyapa tuannya. sabtoso mengangguk padanya.

"Apa fatimah sudah makan?" tanya santoso pada inem.

"Belum tuan, nona fatimah masih di kamarnya," jawab inem lalu pergi ke dapur.

santoso melihat pintu kamar fatimah. Kakinya melangkah mendekati pintu kamar fatimah sambil melonggarkan dasinya. Dibukanya pelan-pelan pintu itu.

fatimah tertidur setelah memikirkan tawaran dari ronni. santoso mendekatinya dengan pelan. Dilihatnya fatimah yang masih memakai seragam sekolah dan sepatu. santoso duduk disisi tempat tidur fatimah. Tangannya melepas sepatu yang masih dipakai fatimah dengan lembut. Takut-takut kalo gadis itu terbangun dan kaget.

santoso POV

Pertamakali aku sudah tertarik padamu fatimah. Sekarang aku bisa bersamamu, melihatmu, menyentuhmu. Aku berharap kau lupa tentang dirimu yang dulu. Yang sangat membenci diriku, karena kau sudah mempunyai seseorang.

santoso belai rambut indahnya dengan lembut. Aromanya yang menenangkan membuat santoso selalu ingin dekat dengannya.( aku ikhlash selama Fatimah masih baik2 saja )

Apa kau tahu fatimah? aku sanagat menyukaimu 'my little princess'.batin santoso

Normal POV

fatimah menggeliatkan tubuhnya. Matanya terbuka dan mendapati santoso yang sedang menatapnya. santoso terseyum lembut padanya.

"Kau sudah bangun?"

"Eh, santoso. Sejak kapan ada di sini?" fatimah merubah posisinya menjadi duduk. Matanya melihat kakinya yang tak memakai sepatu.

"Maaf, merepotkan," ucap fatimah melihat sepatunya di bawah tempat tidurnya.

"Sudahlah, aku senang melakukannya," santoso berdiri berjalan kepintu.

"Sebaiknya kita turun, makan siang," tambah santoso.

"baik," fatimah beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan di belakang santoso.

Mereka berdua menuju meja makan. fatimah masih mengenakan seragam sekolah. fatimah dan santosomenikmati makan siang mereka.

"santoso, apa aku boleh keluar dengan teman-temanku?"

santoso melihat fatimah, "Kalo tidak penting tidak usah, aku bisa menemanimu keluar."

"Aku bosan di rumah terus," keluh fatimah sambil memasukkan nasi kemulutnya.

"Nanti malam kita keluar, aku akan membawamu disuatu tempat," kata santoso.

fatimah tersenyum, "Arigatao, santoso."

Mereka melanjutkan makannya dengan tenang. fatimah terseyum melihat santoso yang terlihat santai. santoso melirik fatimah dan tersenyum.

fatimah POV

Sebenarnya santoso tampan, tapi kenapa dia belum mempunyai pacar? Apakah dia gay? Atau jangan-jangan sudah menikah? 'Ah, kenapa aku mempunyai pikiran jelek padanya?'.

Jika dia bersikap santai, dia terlihat manis. Pasti banyak gadis yang mengejar-ngejarnya. Dia pria yang sempurna dan baik.

Normal POV


Universitas Indonesia (UI).

"imam!" panggil seorang gadis bermata coklat.

"Hn, ada apa siti?"

Gadis itu menggandeng tangan temanku, "Apa kau mau ikut kami keluar nanti malam?"

"Ikutlah! aku juga ikut," suara malas itu terdengar di telingaku.

wafiq dan siti bergandengan tangan menghampiriku. aku tersenyum pada mereka. wafiq berusaha membantuku untuk melupakan fatimah dengan mengajakku ke luar.

"Entahlah, aku malas keluar,"

"Kau butuh udara segar mam, jangan begini terus," kata siti.

"Ayolah, tidak ada ruginya," tambah wafiq.

"Tch," aku mendecak. "Baiklah, aku ikut."

"Jangan lupa nanti malam kita kumpul di kos ku," seru wafiq semangat.

.

Malam telah tiba, fatimah berjalan keluar kamar dengan cantiknya. fatimah memakai celana jins gelap dan kebaya ungu. Jilbab putih menambah keanggunannya.( sayang aku tak bisa melihatmu karena kita terpisah TT )

santoso menatapnya tanpa berkedip. Melihat gadis yang dipujanya mendekatinya. fatimah tersenyum lembut pada santoso. santoso yang memakai jelana jins hitam dan kaos merah gelap dipadu jaket hitam terlihat menawan.( kuakui kau layak menemaninya santoso namun hatiku takan rela kau bersamanya TT)

"Kita berangkat,"

fatimah menggandeng tangan santoso, "Iya," dan tersenyum.

Lalu mereka keluar rumah menuju mobil merah maroon. fatimah duduk dengan santai di samping santoso yang fokus dengan kemudinya. Sesekali santoso meliriknya dan tersenyum sendiri.

"Apa ada sesuatu?" tanya fatimah yang melihat santoso tersenyum sendiri.

"Tidak, tidak ada."

"Tapi kenapa kau tersenyum sendiri? membuatku penasaran," selidik fatimah.

Ada semburat merah di pipi santoso, "Kau cantik fatimah."

"Eh," fatimah salting mendengar ucapan santoso.

.
Jakarta City
siti duduk dengan wafiq dan dea di kursi depan kos. Mereka menunggu aku yang belum datang.

"Apa dia akan datang?" tanya siti pada wafiq.

"Pasti datang. Dia tak pernah ingkar janji."( kecuali janji mau ngasih uang hehe )

Tak lama kemudian, aku datang dan berdiri dihadapan mereka. dea sangat senang melihatku datang.

"Kukira kau tak datang! dea menunggumu dengan cemberut," canda siti melirik dea.

"Kita berangkat sebelum kemalaman," seruku.( sebenarnya aku habis menangis tak bisa bersama fatimah padahal temanku bersama kekasihnya )

kami berempat menuju mobil milik wafiq. Mobil hitamnya melaju ke jalan dengan kecepatan normal.

.
Bandung

fatimah turun dari mobil merah maroon bersama santoso. warkop mulai ramai dengan kedatangan pengunjung. Banyak yang datang dengan pasangan atau dengan kawan mereka, tujuan mereka hanya menghabiskan malam. fatimah mengedipkan matanya melihat warkop itu.( Sekali lagi ini Warkop Modern)

" fatimah."

"Eh, ano... santoso. Apa kita akan masuk kedalam," matanya melihat kearah warkop.

"Aku sudah bilangkan, akan mengajakmu bersenang-senang. Sekarang kita sudah ada di depan warkop, ayo masuk."

"Tapi..."

"Sudahlah Fatimah, percaya padaku."ujar santoso

"I-iya," fatimah menggandeng tangan kekar milik santoso.

warkop bergaya modern itu ramai. Dari kejauhan terdengar sayup-sayup alunan musik yang dimainkan seorang DJ. Bau kopi yang menyeruak di dalam warkop. Ada yang berjoget menikmati musik yang dibawakan DJ, ada juga yang duduk di kursi yang tersedia.

santoso menggandeng fatimah menuju meja Bar. santoso menarik kursi mempersilahkan fatimah duduk. Setelah gadis bermata indah itu duduk, santoso duduk disamping kanannya. Seorang bartender tersenyum dan menyapa orang yang duduk di kursi Bar.

"Apa kabarnya santoso? lama tak kesini." sapa bartender perempuan itu dan melirik fatimah.

"Tentunya sudah lama, amano."

"Kau mau minum apa fatimah?" tanya santoso.

fatimah tak mendengar santoso. Matanya melihat kursi yang berada di pojok ruangan. Empat orang yang tak asing buatnya. fatimah sangat yakin mereka teman sekolahnya.

" fatimah."

fatimah masih memperhatikan empat orang yang duduk di pojok. Apa ini maksud mereka mengajakku bergabung? Apa mereka sering menikmati malam seperti ini? fatimah sibuk dengan pikirannya.

santoso melihat arah yang dilihat fatimah.

"Apa kau kenal mereka, fatimah?"

Tak ada jawaban

" fatimah!" santoso mengeraskankan suaranya.

fatimah tersentak dan langsung melihat santoso dengan terseyum yang dibuat-buat.

"Ano... maaf, santoso."

"Apa kau kenal mereka?"

fatimah sekali lagi melihat empat orang yang dikenalnya, "Iya, mereka teman sekolah."

"Hmm," respon santoso datar.

"amano, seperti biasa dua coffe luaknya." pesan santoso.

amano mengerti maksud santoso. Dua gelas berisi kopi luak hangat dan semangkok kecil berisi kacang disodorkan di meja depan santoso dan fatimah.

santoso meminum coffe di gelasnya. fatimah mengambil kacang dan memakannya. amano yang sibuk melayani tamu lainnya sesekali melirik gadis yang bersama santoso.

"Siapa gadis yang bersamamu, santoso?" tanyanya sambil melayani pesanan.

santoso melihat fatimah lalu melihat amano, "Kenapa kau tak kenalan sendiri."

fatimah yang mendengar santoso, tersenyum lembut pada amano. amano membalas senyum pada fatimah.

" fatimah... Fatimah santoso," fatimah memperkenalkan dirinya.

amano sedikit terhenyak mendengar 'Santoso'. Ada hubungan apa antara mereka? Kenapa gadis itu memakai nama keluarga santoso? Setahuku keluarga Santoso tak mempunyai anak perempuan. Pikiran amano menerka-nerka fatimah.

"maaf, nona fatimah. Aku amano."

"Salam kenal, kak amano."

"Salam kenal juga nona fatimah," amino melirik pada santoso.

santoso mengajak fatimah melantai untuk bernyanyi. fatimah sedikit ragu, tapi akhirnya menerima ajakan santoso. Tangan santoso selalu menggandeng tangan lembut milik fatimah. fatimah merasa sudah sedikit lelah dan mengajak santoso kembali duduk di meja bar. santoso yang masih asyik menikmati dentungan musik, menyuruh fatimah kembali sendiri dan menunggu di meja bar.( lagunya adalah Hari bersamanya Sheila on  7)

fatimah berjalan menuju meja bar tanpa santoso. fatimah duduk ditempatnya tadi. Gelasnya yang berisi coffe luak mulai diminumnya.

Byuur

fatimah menyemburkan minuman itu. Baginya rasanya aneh dan tidak enak. amano yang melihat fatimah langsung menghampiri.

"Ada apa fatimah?"

"Umm... maaf. Aku tidak terbiasa dengan minuman seperti ini. Apa ada es jeruk, amano?"

amano tersenyum melihat fatimah ,"Sebentar aku buatkan."

"Kalo tak biasa kenapa memesan minuman seperti itu?" tanya seorang yang datang dan duduk disisi kirinya.

fatimah tak mengenal orang itu. Mata indahnya melihat dari atas sampai bawah pada orang itu. Mata onycnya, rambut hitamnya yang dikucir. Orang itu tersenyum melihat fatimah yang sedang memperhatikannya.

"irwan Syah."

fatimah menatap wajah Irwan. 'Syah’ seperti nama syahronni. Apa dia kakaknya ronni?' batin fatimah

"Nona manis, siapa namamu?"

fatimah blushing, "fa.. Fatimah santoso, panggil fatimah saja."

" santoso, sepertinya aku kenal nama itu." irwan mengernyitkan dahinya.

"B-benarkah... tuan irwan."

"irwan, cukup irwan saja."

amano memberi gelas berisi es jeruk pada fatimah, "Arigatao, amano”.

"Sama-sama."

santoso menghampiri fatimah dan melihat irwan yan duduk bersama fatimah. santoso sedikit cemburu melihat fatimah berbicara dengan orang lain selain dirinya.

" fatimah," panggil santoso dan duduk disamping kanan fatimah.

"Kau sudah selesai, santoso." fatimah tersenyum.

"Malam tuan santoso," sapa Irwan.

"irwan Syah, sejak kapan kau disini?"

"Aku baru datang, dan melihat gadis secantik ini sendirian," irwan melihat fatimah dan tersenyum.

Wajah fatimah sedikit memerah, "Ah... irwan kau.. Jangan berlebihan."

santoso melihat wajah fatimah yang sedikit merah, "Apa kau baik-baik saja, fatimah?"

"Umm... iya. Iam fine," fatimah menyedot es jeruknya.

.

Akhirnya bagian w
Jakarta city

"Setelah nonton dan makan, kita akan kemana?" tanya dea.

"Kita pulang," selaku dengan datar.(hari ini hatiku benar-benar sakit )

"Aku juga sudah ngantuk, kita pulang saja," dukung wafiq.

Dalam perjalanan, wafiq selalu menguap. siti mendengus kesal melihat pacarnya. aku melihat wafiq yang duduk disampingku. ia mulai memejamkan matanya. dea yang duduk di jok belakang bersama siti, tersenyum melihat wafiq.

"Liburan musim panas sebentar lagi. Enaknya kita kemana?" kata siti menghilangkan kesunyian di mobil.

"Enaknya kepantai, kita bisa berenang sekaligus dan berjemur," usul dea.

"Kalo kau imam?" tanya siti.

"Hnn."( pantai adalah tempat yang paling indah )

'Kepantai ya? Aku jadi ingat pantai bandung yang selalu kukunjungi bersama irwan dan ronni.' aku mengingat saat-saat bersama kakak-kakakku sebelum aku memutuskan sekolah di jakarta. Pantai bandung... liburan musim panas. Seandainya fatimah masih ada, aku pasti mengajaknya melihat pantai bandung. fatimah aku merindukanmu!

"Oi, imam! Perhatikan jalannya, apa kau mau mencelakai kami," seru siti.

"Tch." maaf

Bandung city

fatimah mengajak santoso pulang setelah berpamitan dengan Irwan. fatimah menggandeng tangan santoso layaknya sepasang kekasih. Saat mereka berdua berjalan menjauh dari meja bar. Seseorang bermata Onyc menabrak mereka.

Bruuuk

fatimah sedikit limbung, dengan cepat santoso menarik fatimah kepelukannya agar tak terjatuh. Pemuda bermata Onyc itu sedikit mabuk. Tiga temannya mengikutinya di belakang.

"Maaf, kami tak sengaja," Ucap gadis bermata emerald yang menggandeng pacarnya.

" fatimah!" seru harry dan zul bersamaan.

" fatimah." Silvia mengulangnya.

fatimah yang melihat teman-temannya sedikit kaget, " K-kalian!"

"Ayo fatimah, kita pulang." santoso melihat fatimah.

"I-iya," fatimah tersenyum pada teman-temannya.

"Aku permisi dulu. Silvia, zul, harry... " fatimah melihat harry memapah ronni yang sedikit mabok, "... dan ronni."

"dadah... semua," seru fatimah meninggalkan mereka.

"daa,"

ITB
Pelajaran sekolah belum dimulai. fatimah duduk di bangkunya membuka sebuah buku bacaan. zul dan Silvia baru datang dan berjalan mendekati fatimah.

"Ohayou, fatimah," sapa zul sambil senyum lebar.

"Pagi, fatimah," Silvia duduk di tempat ronni, samping fatimah.

"Ohayou, semua." balas fatimah.

" fatimah, yang semalam itu pacarmu?" tanya silvia.

"Eh, Silvia. Kenapa bertanya seperti itu."

"Lagian kau menggandengnya dengan mesra. He~he~he~," canda zul.

"Ayolah fatimah, siapa dia?" Silvia semakin penasaran.

"Umm... dia imam santoso. yang kutahu dia keluargaku," fatimah tersenyum lembut.

zul dan silvia manggut-manggut bareng. Akhirnya bunyi bel masuk terdengar pertanda pelajaran akan dimulai. Seorang guru berambut hiam dan wajahnya tertutup masker memberi pengumuman di depan kelas.

"Ada kabar dari harry ichsan hidayat, dia sudah tak bersekolah disini. Keluarganya memindahkan dia ke malaysia... Baiklah, mari kita mulai pelajaran," ujar dosen ahmad jauhari.

"baik," serempak sekelas.

Dalam mengikuti pelajaran zul dan Silvia tidak konsen dengan pelajaran yang diberikan dosen ahmad. Kenapa tiba-tiba harry pindah, ada sesuatu pastinya. mereka berdua berencana menghubungi harry setelah pelajaran selesai.

fatimah melihat tempat duduk ronni yang kosong. Saat ini ronni tidak masuk sekolah. Gara-gara semalam mabok, ronni masih merasa pusing.
Santoso mansion
Malam kian larut santoso masih duduk di kursi kerjanya. fatimah terbangun dari tidurnya dan berjalan keluar kamar menuju dapur mengambil minum. Saat kembali dia melihat santoso yang duduk dan sibuk dengan karjaannya.

"santoso."

santoso melihat gadis berjilbab putih berjalan mendekatinya. fatimah tersenyum padanya.

"Apa kau belum tidur fatimah," tanya santoso.

"Aku terbangun dan melihatmu masih disini."

santoso berdiri dari duduknya mendekati fatimah, " fatimah, dua minggu aku keluar kota. Aku berangkat besuk pagi."

"Oh, aku sendirian dong."

"Tidak, sepupuku akan datang kesini. Dia akan berlibur musim panas di sini."

santoso mengelus rambut lembut milik fatimah. fatimah tersenyum simpul dan wajahnya sedikit memerah. santoso mengantar fatimah menuju kamar.


Pagi harinya fatimah bangun. Dia melihat santoso yang sudah bangun dan melihat dirinya. fatimah blushing. Dia segera bangun dan duduk disisi tempat tidurnya.

"maaf," kata fatimah pelan.

"Tidak apa," santoso tersenyum.

santoso beranjak dari kamar fatimah, "Kau sungguh cantik ketika tidur."

santoso meninggalkan kamar fatimah menuju kamarnya. fatimah mendengus lega saat santoso meninggalkan kamarnya. fatimah menuju kamar mandinya dan bersiap ke sekolah. santoso menunggunya di mobil. Kaki jenjang fatimah berjalan menuju mobil yang menunggunya di depan pintu.

santoso mengantarnya kesekolah. fatimah melirik ke kursi belakang. Dilihatnya koper kecil yang diletakkan santoso. fatimah merasa kesepian jika santoso jauh darinya.

santoso menghentikan mobilnya di depan sekolah. fatimah tersenyum dan mencium pipi santoso. Santoso shock, saat pipinya di cium fatimah .Baru kali ini fatimah mencium pipinya.

"santoso, hati-hati ya? Jangan lupa makan dan hubungi aku jika sudah sampai."

"Baik, my princess." Ujar santoso, fatimah blushing.

"daa," fatimah meninggalkan santoso dan masuk kedalam sekolah.

santoso tersenyum sendiri dan melajukan mobil merah maroonnya.


"Kasihan harry, gara-gara kita dia harus sekolah di malaysia."

Ucap silvia menceritakan pada ronni. Setelah menanyakan pada harry, dia dan zul tahu sebab harry pindah.

"Kapan dia berangkat?" tanya ronni.

"Semalam."

zul duduk dibangkunya. Bangku milik harry kini kosong. Teman mereka kini sudah tak bisa berkumpul seperti dulu. zul melihat ronni yang duduk didepannya.

"zul, aku duduk ditempat harry saja ya?" tanya silvia yang berdiri.

"Iya silvia. Hehehe... aku tak kesepian." Silvia duduk di samping zul.

"Ohayou semua?" sapa fatimah yang baru datang.

"Ohayou," balas mereka bareng.

fatimah duduk di bangkunya setelah ronni bergeser ke bangkunya. fatimah tersenyum pada ronni. Dia mengingat malam di warkop saat ronni mabok.

" fatimah, apa mau ikut kami liburan musim panas?" tanya Silvia.

"Liburan ya... " fatimah mengingat kalo santoso tidak ada di rumah. "... boleh, tapi kemana?"

"Tidak jauh tetap di bandung. Kenapa? kau takut sama santoso," canda zul.

fatimah tak menjawab hanya tersenyum padanya.

"Kapan kita berangkat?" tanya ronni.

"Besok kita sudah libur, bagaimana kalo besok pagi saja kita berangkat," seru Silvia.

"Ano... kalo besok pagi aku nggak bisa, sepupu santoso akan datang. Bagaimana kalo sorenya aja?" Pinta fatimah.

"Oke!" seru Silvia, zul dan ronni.
Bandung  “santoso mansion”
Mobil Honda CRV milik wafiq berhenti di depan rumah Santoso. Seorang gadis turun dari mobil itu dan tersenyum.

"Apa kalian mau mampir dulu?" tanyanya pada teman-temannya yang ada di dalam mobil.

"Tidak, makasih siti. Aku langsung kerumah imam saja," jawab wafiq kekasihnya.

dea tersenyum pada siti, "Aku juga siti, maaf."

"Ya, ya, ya. Sudahlah aku masuk dulu. daa..."ucap siti

"daaa..."

siti berjalan masuk kedalam rumah Santoso. joko menghampiri siti dengan berlari kecil.

"Nona siti, kenapa tidak meminta saya menjemput?" tanya joko.

siti tersenyum, "Tidak apa, pak joko. Aku bareng teman."

joko membukakan pintu rumah. sitipun masuk kedalam menuju kamar yang biasa di tempatinya. Setelah menaruh barang bawaannya di kamar, siti pergi ke dapur.


fatimah membantu inem memasak. Dia sangat senang memasak dan membuat kue. Terkadang inem merasa tidak enak pada fatimah. Gadis bermata indah itu selalu membantunya memasak.

"inem, bagaimana sepupunya santoso?" tanya fatimah.

"Dia baik, kalo nggak salah dia seumuran dengan anda," jawab inem.

"Oh, ya?

"Iya nona fatimah."

siti berjalan menuju dapur. Dia mencari inem. Telinganya mendengar dua orang yang sedang berbicara di dapur. siti bertanya pada dirinya sendiri. Siapa yang berbicara dengan inem, setahuku tidak ada perempuan lagi selain dia? siti berdiri di pintu dapur.

"in..-" matanya terbelalak saat melihat gadis berjilbab putih, "-nem..!"

inem menoleh pada sumber suara. fatimah yang mendengarnya juga ikut menoleh.

siti shock melihat fatimah. Bagaimana mungkin fatimah yang sudah meninggal ada di sini. siti tak percaya apa yang dilihatnya.

"Nona siti! kau sudah datang."

"I-iya. Si-siapa d-dia ii-in-innem?" tangan siti menunjuk fatimah dengan gemetar.

fatimah tersenyum, "Selamat datang kak siti. Aku uswatun Fatimah santoso, salam kenal."

"f-fa-fat- fatimah!" ucap siti terbata-bata. "Tidak mungkin."

'Namanya sama yang beda nama belakangnya. Apa mataku salah melihat? atau ini imajinasiku!' batin siti.

"kak siti, apa kau tidak apa-apa?" tanya fatimah.

siti terduduk lemas di lantai. inem langsung menghampirinya dan memapah menuju kamar. fatimah mengambilkan segelas air putih dan membawanya ke kamar siti.

"Ini, minumlah, Mungkin nona siti lelah."

"Iya nona, minumlah. Dan saya permisi dulu meneruskan masak," seru inem.

"Biar aku saja yang menemaninya, bi inem."seru fatimah

fatimah mendekati siti yang tampak pucat. inem keluar dari kamar dan menuju dapur.

" fatimah?" panggil siti.

"Iya, kak siti. Ada sesuatu?" fatimah tersenyum.

'Senyumnya sama. Semuanya sama seperti melihat uswatun Fatimah bakrie. Siapa dia? apa hubungannya dengan imam santoso,adikku? kalo dia Fatimah bakrie kenapa tinggal di sini di bandung.'

siti tak mau ambil pusing masalah ini. Ini masalah sepupunya. Meskipun pertanyaan itu mengganggunya. Dia berusaha bersikap seperti biasa. Sekarang dia senang melihat Fatimah santoso.

.
Back to Jakarta City

aku, wafiq dan dea turun dari mobil Honda CRV. Rumah megah bergaya modern berwarna putih dengan pagar menjulang tinggi.

Mereka bertiga masuk ke rumah orang tuaku. dea membuka lebar mulutnya melihat rumahku.wafiq melirik dea dan menepuk kepala gadis itu.

"Apa masalahmu, sih?" gerutu dea.

"Dasar perempuan," ucap wafiq.

"Hai! imam?" sapa pemuda bermata onyc lain mendekat.

"Hn, mana irwan?" tanyaku.

"Kau tahu sendiri Irwan selalu sibuk," pemuda itu memelukku yang sudah lama tak pulang ke bandung.

"Lepas ronni, apa kau akan memelukku terus."

"Oh, maaf."

Mata milik dea membulat melihat ronni. 'Kyaaa... cute..'

"Kau tak kenalkan aku dengan temanmu yang cantik itu," ronni menunjuk dea.

Kalo wafiq ronni sudah mengenalnya. Jika aku pulang pasti wafiq ikut.

"Aku dea. Salam kenal."

"dea, nama yang bagus. SyahRonni,panggil saja ronni" wajah dea sedikit memerah.

"Yo, fiq?" sapa ronni. wafiq mengangguk dan menguap.

"Nanti sore aku akan ke pantai. Apa kalian mau ikut sekalian bergabung dengan kami?" tawar ronni.

"Pantai!" aku melirik wafiq dan dea.

"Boleh, kami akan ikut. Ya kan wafiq,mam?" seru dea.

"Hn"

"Terserah, aku ikut saja."ujarku
Back to Bandung city
"siti, apa kau mau ikut denganku pergi kepantai?" tanya fatimah.

"Pasti menyenangkan, kalo dia tahu kau. Dia pasti akan terkejut melihatmu." gumam siti. Membayangkan aku melihat fatimah. 'Kapan-kapan aku akan mangajakmu bertemu dengannya.'ujar siti

"Apa yang kau bicarakan siti?"

"Tidak ada. Iya aku akan ikut.'ucapnya dengan santai

zul dan Silvia tiba di rumah ronni yg juga rumahku. ronni sudah menunggu mereka di depan pintu dengan tiga orang. Motor zul berhenti didepan ronni.

"Hai ronni," sapa Silvia.

"Kenapa kalian lama sekali?" omel ronni.

"maaf, tadi kami ada urusan. Biasa hehehe." zul menggaruk kepalanya.

"Kapan kau datang sob apa kabarmu?" zul merangkul leherku.

"Tch, kau ini tak pernah berubah. Lepaskan zul!"

"Halo imam?" sapa Silvia.

"Hn."jawabku

"Kenalkan, ini dea dan wafiq. Dan ini zul dan Silvia pasangan termesra," ronni memperkenalkan mereka.

"Oke saatnya kita berangkat," zul bersemangat 45.

"Tapi kita harus menjemput fatimah dulu," seru Silvia.

aku mendengar nama fatimah di sebut Silvia. fatimah yang mengisi hatiku sampai sekarang. fatimah yang menjadi inspirasiku. fatimah yang mempunyai hati sebening kaca. fatimah yang sangat mencintaiku dan dicintaiku.

wafiq dan dea melihatku. Mereka yakin nama yang disebut Silvia membuatku mengingat fatimah. aku membelalakkan mataku.

"Kau kenapa cuy?" tanya zul.

"fa- fatimah? si-siapa dia?" aku menatap mata zul.

"Dia teman kami, apa kau mengenalnya hah,cuy?"Tanya zul, aku tak menjawab.

"Pacar imam namanya juga fatimah, uswatun Fatimah bakrie. Tapi dia sudah pergi untuk selamanya," terang dea.

"Oh... kalo fatimah teman kami, uswatun Fatimah santoso." ronni membuka pintu mobilnya.

"Ayo dia pasti sudah menunggu. Sekalian kau lihat Fatimah santoso, mam?" tambah ronni.

Mobil APV berhenti di depan pagar merah milik keluarga santoso. Fatimah dan siti berjalan mendekati mobil itu. Fatimah tersenyum melihat zul membuka pintu mobil. Fatimah masuk kedalam mobil bersama siti.

Wafiq, dea dan aku terkejut melihat gadis yang duduk bersama siti. Jilbab putihnya, mata indahnya, senyumnya mengingatkan Fatimah bakrie bukan Fatimah santoso.

Terutama aku yang tak percaya melihat fatimah santoso. Gadis yang ada di hadapanku tersenyum. Oh... aku, sungguh dibuat beribu-ribu terkejut.
( hatiku menyanyikan lagu ini :
Kemana kau selama ini ??
Bidadari yang kunanti..
Mengapa baru sekarang
 kita dipertemukan ..
Sesal takan ada arti..
Karena semua telah terjadi
Kini kau telah menjalani… du..duu.duu.duu
Sisa hidup denganya..
Mungkin salahku melewatkanmu tak mencarimu sepenuh hati
Maafkan aku..
Kesalahanku melewatkanmu..
Hingga kau kini dengan yg lain
Mafkan aku..

Jika berulang kembali kau tak akan terlewati
Segenap hati kucari du..duu.du..duu
Dimana kau berada

Mungkin salahku melewatkanmu tak mencarimu sepenuh hati..
Maafkan aku..
Kesalahanku melewatkanmu..Hingga kau kini dengan yg lain..
Mafkan aku..
Walau ku terlambat kau tetap yg terhebat..
Melihatmu..
Mendengarmu..
Kaulah yg terhebat…
Aku nyanyikan lagu Sheila on 7 yang terlewatkan sambil menahan tangis hatiku )


Melihat mata indahnya yang amat kurindukan. Melihat senyum yang membuatku tenang. Semua yang ada di Fatimah santoso mengingatkanku dengan bayangan Fatimah bakrie.

"Oi! Kenapa mata kalian seperti mau keluar melihat Fatimah," seru siti.

"siti kenapa kau bersamanya?" wafiq bertanya pada kekasihnya.

"Dia tinggal disini bersama sepupuku. Pertama aku melihatnya juga seperti kalian," bisik siti.

"Halo siti, lama tak berjumpa sejak kau sekolah di Konoha?" sapa Silvia teman lama siti.

"Iya Silvia, Halo juga. zul, ronni bagaimana dengan kalian?"

"Aku selalu semangat siti, iyakan ronni?" ronni tersenyum dan mengemudi.

Fatimah melihat Tiga orang yang ada di mobil. Fatimah baru melihat mereka. Dia tersenyum lembut melihat tiga orang itu.

" Fatimah, Fatimah santoso. Salam kenal."

"Dea sulistiawati."

"wafiq nur islam."

wafiq menepuk bahuku dan berkata” giliranmu”,
"Imam Syah."

(Dunia memang kecil. kami bertemu teman baru, teman kecil, serta kekasih hati yang lama di rindukan. Entah apa yang di rasakanku saat ini. Bahagia itu pasti. Banyak pertanyaan tentunya.)
Gadis berjilbab putih itu yang ada di hadapanku, mengingatkan pada kekasihku yang dikabarkan meninggal. Mataku melihat setiap detail garis tekstur wajahnya. Wajah yang amat kukenal dan selalu kuingat sampai kapanpun, Fatimah,sosok dirinya yg selalu terlukis indah di dalam hatiku.

Akhirnya mobil APV itu sampai di pantai Bandung. Mereka turun dari mobil. Semua mata melihat pantai yang ada di depan mata. Pantai bandung yang sangat indah. Laut yang terhampar luas berwarna biru. Daun kelapa yang bergerak pelan terkena angin laut. Para pengunjung cewek yang sedang bermain voli pantai.

"WOW! pemandangan yang indah," seru ronni yang melihat para cewek bermain voli.( “==” mesum)

siti memutar bola matanya, "Kau tidak pernah berubah ya, ronni?" ronni tersnyum mendengar kata siti.

"Ini sangat indah, Silvia," Fatimah melihat pantai yang belum pernah di lihatnya. Pantai yang baru pertama di lihatnya.

"Kau tahu kenapa aku suka dengan pantai," zul mencoba bertanya pada Silvia.

"Apa?" Silvia memincingkan matanya melihat kekasihnya yang mulai ketularan penyakit mesum ronni.

"Banyak gadis yang berpakaian bikini!" sahut ronni dengan senyum. dea yang mendengarnya terkekeh kecil.

"Membosankan," seru wafiq meninggalkan mereka. Dia berjalan bersama siti menuju hotel.

aku tak berkomentar apapun. aku hanya melihat Fatimah saja. Gadis yang membuatku penasaran. Pikiranku bekerja dengan cepat. Mencari jati diri gadis yang ada di samping Silvia.

Mata Silvia, zul, dan ronni melihat Fatimah. Fatimah yang merasa di perhatikan memutar matanya malihat tiga temannya.

"Apa, lihat-lihat."

"Apa kau membawa pakaian renang juga, Fatimah?" tanya Silvia.

zul melirik silvia, "Kau membawanya juga kan Silvia."

"Aku belum pernah lihat Fatimah memakai bikini," kata ronni membayangkan Fatimah memakai pakaian renag yang sexy.

"Kau ini selalu berotak mesum," suaraku akhirnnya keluar karena kesal.

"Aku pernah lihat Fatimah memakai bikini saat... maaf, bukan Fatimah ini. Tapi Fatimah teman kami," dea menyadari perkataannya. Dia pernah melihat Fatimah memakai bikini saat liburan sekolah.

" Fatimah. Fatimah teman kalian?" Fatimah mengernyitkan dahinya tidak mengerti apa yang di ucapkan dea.

"Iya, teman kami. Dia meninggal dalam kecelakaan. Namanya uswatun Fatimah bakrie. Orangnya sama persis denganmu," terang dea mendekatiku.

" Fatimah, orang yang sangat berarti buat imam," tambah dea memegang lenganku.( perkataanya seakan pedang runcing yang menengadah kejantung hatiku, perasaanku lirih mendengarnya )

Fatimah menatapku.aku  menatapnya. Mata hitamku kini bertemu mata teduh nan indah itu. Kami saling bertatapan.

"Ehm, kalian akan saling menatap terus. Ayo kita ke hotel," kata ronni.

Mataku dan matanya kini sudah tak saling menatap. zul menarik tangan Silvia dan berjalan di belakang ronni. dea berjalan dengan ronni. Sesekali ronni melirik dea yang berjalan di sampingnya.

Kini tinggal Fatimah dan aku yang berjalan menyusul mereka. Suasana yang hening di ciptakan aku dan dia sampai di depan hotel.

kami semua bertemu dengan wafiq dan siti di lobi hotel. wafiq sudah memesan empat kamar.

"Kita akan membagi setiap kamar dua orang. Aku dan siti akan tinggal sekamar. zul dan Silvia," kata wafiq membagi kamar.

"Selanjutnya, ronni dan-"

"dea," siti memotong kata wafiq. wafiq mengangguk mendukung siti.

"Terakhir, imam sekamar dengan Fatimah," wafiq melihat wajahku sedikit memucat.

"Dengan siapa saja, aku akan senang sekamar dengannya," seru ronni melirik dea.

"Ano... apa tidak bisa di rubah," Fatimah sedikit gerogi.

siti mendekatinya, "Tidak, Fatimah. Ini sudah keputusan final."

"Baiklah aku akan sekamar dengannya," jawab Fatimah
aku berjalan menuju kamar hotel yang ditentukan wafiq.

Fatimah melihat aku berjalan tanpa menoleh padanya. Dia berjalan mengikutiku dengan langkah yang lemas. lami semua meninggalkan lobi menuju kamar yang sudah di pesan.

aku membuka pintu kamar hotel. Satu tempat tidur yang besar. Jendela besar menghadap laut. Satu pintu menuju bathroom. Tasku yang berisi baju ditaruh di meja.

Fatimah masuk setelah aku menaruh tas. Fatimah melempar tas miliknya di tempat tidur. Tubuhnya direbahkan di springbed yang besar. aku hanya melihatnya sekilas dan berjalan menuju balcon kamar.

Fatimah tertidur dengan lelapnya. Tempat tidur itu di pakainya sendiri. aku melihatnya dengan seksama. aku teringat peristiwa yang pernah terjadi saat Fatimah bakrie sebelum mengalami kecelakaan yang tragis.

Ingatanku kembali pada kejadian di kosku. Fatimah merebahkan tubuhnya di ranjangku. Aku seakan terbawa suasana yang pernah di alaminya dengan Fatimah bakrie.


Fatimah membuka pelan mata indahnya. Matahari terlihat kemerahan menandakan hari sudah sore. Fatimah menggeliatkan tubuhnya. Dia turun dari tempat tidur. Kaki putihnya berjalan ke balkon.

Senja yang disuguhkan di mata indahnya sangat indah. Matahari yang mulai tenggelam terlihat sangat mengagumkan. Apa lagi terlihat laut yang berkilau orange terkena pantulan dari matahari yang mulai menyembunyikan sinarnya.

Suara pintu kamar mandi terbuka. aku terlihat lebih segar setelah mandi. Dengan memakai kaos hitam dan celana panjang cardinal warna hitam, membuatku terlihat santai. aku melihat tempat tidur yang kosong. Mataku mencari keberadaan Fatimah.

"imam," panggil gadis yang berdiri di balkon.

aku menoleh pada sumber suara. aku melihat Fatimah berada di balkon. Langkah kakiku mendekati gadis yang memanggilku.

"Sedang apa kau disini?" aku bertanya padanya dengan nada datar.

"Kau tahu, aku sangat menyukai senja. Dan lihatlah senja yang mengagumkan itu," Fatimah melihat senja di laut.

Senja. Fatimah juga menyukai senja. aku terperanjat mendengar Fatimah santoso. Sama-sama penyuka sunset,waktu itu di padang rumput aku dan Fatimah slalu menatap sunset ditemani angin sepoi-sepoi yg menyapu desiran rumput hijau nan indah.

"Kau kenapa, terlihat kaget seperti itu?" Fatimah melihatku yang ada di sampingnya.

"Benarkah kau menyukai Sunset," aku memastikannya lagi.

"Hmm,tentu" Fatimah kembali melihat senja.

( Satu persamaan antara Fatimah bakrie dan Fatimah santoso. Catatan yang penting bagiku, untuk mengetahui tentang gadis yang ada di sampingku.)

( Fatimah keluar dari kamar mandi dan melihat aku sedang melihat TV yaitu naruto. Sebenarnya dia kurang nyaman. Tinggal sekamar dengan orang yang baru dikenalnya, itu versi Fatimah santoso. Kalo versi Fatimah  bakrie pasti enjoy menikmatinya, apalagi dengan kekasihnya. He he..)

Tangan mungilnya membuka tas yang dibawanya. Sebuah botol lotion sunblock diambilnya. Dengan pelan dia mengusapkan lotion di tangan dan kaki. Dengan t-sirt putih dan celana pendek jins, dia melangkah mendekati pintu kamar.

"Kau akan ke pantai?" tanyaku melihat Fatimah yang berdiri di dekat pintu.

Fatimah menoleh dan tersenyum, "Iya. Apa kau mau ikut?"

"Hn, tunggu sebentar."

Fatimah duduk di sofa menungguku sambil melihat TV acaranya adalah naruto. aku mengganti pakainan, dengan kemeja bermotif garis warna hitam dan celana panjang.

Setelah beberapa menit. aku keluar dari kamar mandi. Fatimah mematikan TV, setelah mendengar pintu kamar mandi ditutup dari luar. Dia melihat aku yang berjalan mendekatinya. Matanya tak berkedip melihat kemeja yang dipakaiku tidak dikancingkan,akupun segera mengancingkanya dengan wajah malu.
Ini Fatimah, dia tetap akan diam. Meskipun hatinya tengah memuji orang yang ada di hadapannya. Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya.

aku membuka pintu kamar. aku berjalan berdampingan dengan Fatimah menuju lobi. Laut yang terhampar luas terlihat dari lobi. kami duduk di kursi lobi menunggu teman-teman.

wafiq memakai kaos hitam dan celana pendek dan siti memakai pakaian renang warna hijau menghampiriku dan Fatimah. Tak lama kemudian zul yang bertelanjang dada datang bersama Silvia yang sudah memakai pakaian renang berwarna pink.

" Fatimah, kenapa kau tidak memakai pakaian renang?" Silvia melihat Fatimah tidak memakai pakaian renang.

"Ano... aku lupa tidak membawanya," Fatimah melihat Silvia dan terseyum.

"Gagal dech, melihat Fatimah memakai pakaian yang sexy," seru ronni yang bertelanjang dada seperti zl datang dengan dea. Pakaian renang  warna ungu di pakai dea.
“Sudahlah..biarkan..dia kan tidak bawa..”ucapku sambil menatap wajah teman-temanku

siti menarik tangan Fatimah untuk berdiri, "Kita cari pakaian, di toko sekitar sini saja."

"Aku ikut dengan kalian," dea menawarkan diri.

"Baiklah, kami menunggu kalian di pantai," kata Silvia.

ronni, wafiq, silvia dan zul yang bergandengan tangan keluar dari lobi hotel.

Kini tinggal siti, dea, Fatimah dan aku. siti melirik sekilas temannya yang duduk, siapa lagi kalo bukan aku yg sedang duduk di kursi sambil mengunyah permen karet. dea mengedipkan matanya pada siti. Mereka berdua merencanakan sesuatu untukku dan Fatimah.

"imam, apa kau mau ikut kami mencari pakaian untuk Fatimah?" tanya siti.

"Kita perempuan semua. Jika ada cowoknya kita akan lebih tenang," tambah dea.

aku melihat Fatimah yang berdiri di samping siti, "hnn..aku tak bisa kalian saja soalnya aku bukan siapa-siapa Fatimah aku tidak tahu kesukaanya,hadirku hanya merisihkanya,pegilah kalian tanpaku."ucapku
“tapi,mam,?”ujar dea
“ayolah..kau diluar saja untuk jaga2 kalau sja terjadi sesuatu..”tambah siti
“huft..baiklah,atas mau kalian aku akan mengantar sampai tokonya saja..”ucapku

“ Yes, “


Silvia dan zul tengah berenang di laut. wafiq duduk di kursi santai yang di sediakan hotel. Seperti biasa, ronni selalu mendekati para gadis yang berbikini.

"Lihatlah. Seperti biasa, dia melancarkan aksinya," Silvia menunjuk ronni.

zul melihat arah telunjuk Silvia, "Sungguh senangnya. Aku juga ingin ikut ..." mata zul berbinar-binar.

Awan hitam menyelubungi Silvia. Sudat siku empat di jidatnya, "Apa kau BILAAANG!" kepalan tangannya melayang di kepala zul.

"Auw.. sakit Silvia," zul melihat pacarnya dan menggosok kepalanya.

"Apa! Kau mau lagi," Silvia sudah bersiap memukul lagi.

"maaf, aku tidak mengulanginyaaa!" zul berlari menghindari Silvia.

Silvia mendengus kesal melihat pacarnya yang mulai ketularan mesum seperti ronni. Dia mengejar zul yang berlari.

Tiga gadis masuk kedalam Toko. Diantara toko lainnya, toko ini yang paling banyak menyediakan pakaian renang. siti memilih pakaian untuk Fatimah, begitu juga dea. Fatimah hanya mengikiti dua temannya yang sibuk sendiri memilihkan pakaian untuknya. aku duduk dipasir sambil menggambar sesuatu di pasir yaitu menggambar wajah Fatimah .

"siti, aku tidak butuh pakaian renang. Aku nyaman dengan pakian yang aku pakai," kata Fatimah.

Siti mengambil pakaian renang warna merah, "Kita ini di pantai, Fatimah."

"Tidak pas kalau kau tdak pakai pakaian renang.” seru dea mengambil pakaian renang warna biru.

Dua gadis itu menyodorkan dua pakaian pada Fatimah yang setia mengikuti mereka di belakang.

" Fatimah cocok dengan warna merah," ucap siti.

"Aku pikir, dia cocok dengan warna biru," komentar dea.

"Merah," siti memastikan.

"Biru," balas dea.

Fatimah melihat dua temannya yang beradu pendapat. Dia menggelengkan kepalanya. dea dan siti masih kekeh dengan pilihan mereka sendiri. Sebenarnya Fatimah tidak suka dengan pilihan dua temannya.

Sebuah tangan menyodorkannya pakaian dengan warna putih, "Dia tidak akan mau memakai pakaian yang kalian pilih. Dia tidak suka pakaian seperti itu."

siti dan dea melihat orang yang menyodorkan pakaian pada Fatimah. Fatimah sendiri, kaget dengan pilihan orang itu. Dia tahu pakaianya yang akan dipilihnya.

Fatimah menerima pakaian renang tangan panjang  warna putih dan warna orange di sisinya yang disodorkan padanya. Matanya melihat aku yang berdiri di hadapannya. siti dan dea saling lempar senyum. Sukses.
“aku tahu kau suka warna putih,aku sering melihat orang yg aku cinta memakai pakaian putih dan aku baru saja membayangkan orang itu”ucapku datar

(Dua catatan yang dilihatku. Kesamaan antara kau dengan Fatimah  bakrie dalam menyukai pakaian warna putih dan warna senja nan indah.aku sangat mengenal Fatimah.)
 (Skip to night aku dah pegel..)

Fatimah melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar. Dia mengambil baju tidur yang dilipatnya di meja dekat tempat tidur. Lalu masuk kekamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

aku merebahkan tubuhku di tempat tidur. Tanganku direntangkan menikmati empuknya kasur. kumemejamkan mataku.

Tak lama kemudian Fatimah keluar dari kamar mandi. Dia melihat Aku yang tidur dengan pulas. ia menatap lekat wajahku. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Dia pernah melihat wajah itu. Tapi dimana? Kapan?

Seorang gadis tersenyum terkikik, diambilnya ujung rambut panjangku. Dan mempermainkannya di telingaku. Aku masih terlelap. Sesekali menggerakkan tanganku. Gadis itu tertawa kecil. Tawanya membuat aku membuka mataku. Mataku menatap gadis itu.Sebuah gambaran buram yang dilihatku saat melihat wajah itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku menatap mata Indahnya.

"Umm... tidak ada. Aku... hanya ingin membangunkanmu untuk bergeser sedikit. Tempat tidur ini-kan untuk kita berdua, bukan untukmu saja," Fatimah membuat alasan.

aku lekas turun dan pindah ke kursi sofa di depan televisi. Fatimah merebahkan tubuhnya. Wajahnya yang memerah ditutupi dengan selimut. aku hanya tersenyum melihat tingkah Fatimah dan meratapinya dari sofa”sungguh engkau adalah putriku yg selama ini hilang dari mimpi dan hari-hariku,putri kayanganku yg yang hilang dari istana hatiku kau yang berhati lembut dan suci,putri tidurku yg tidur di keringnya perasaan hatiku, kau wanita berjilbab putih nan anggun,kau adalah Uswatun Fatimah,kekasihku.

" Fatimah, apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanyaku yang memiringkan tubuhku menghadap Fatimah.

Fatimah membuka pelan selimut dari wajahnya, " Hmm..."

"Apa kau tidak mengingatku?"ucapku ragu dan gundah..

"Tentu aku mengingatmu. Kita tinggal sekamar dan kita sudah kenalan."

"Bukan itu yang aku maksud. Apa kau tidak ingat tentang kita?"

"Kita?" Fatimah mengernyitkan dahinya.

"Hn..tentang diriku dihatimu"

Fatimah memiringkan tubuhnya menghadapku. kami berhadapan. Fatimah melihat mataku dari springbed padaku yg ada di sofa..

"Sepertinya aku pernah melihat matamu. Tapi dimana ya?" Fatimah tersenyum.

"Benarkah? apa kau ingat mataku..yang bertahi lalat ini??"

"Mata ronni juga hitam. Ano... aku ingat-"

"Kau mengingatnya!" potongku yang penasaran.

"Mata seseorang... saat imam santoso mengajakku ke warkop. Kalo tidak salah namanya Irwan SYAH."

aku geram mendengar ulasan Fatimah, aku pikir IMAM SYAH,ternyata Irwan Syah..,ditambah nama Imam santoso yg ia sebut,”Dia itu kakakku.Dan apa hubunganmu dengan santoso!"

"Dunia memang sempit ya? Aku bertemu dengan keluarga SYAH sekaligus,Imam Syah,Syahronni,Irwan Syah."

"Tch. Aku tidak butuh jawaban seperti itu," aku merasakan hatiku panas saat mendengar nama imam santoso.

"Dia... " Fatimah terdiam. "Kau bisa lihat, nama keluarga kami sama. Berarti kami ini saudara," Fatimah melanjutkan kalimatnya.

(aku tidak percaya, apa yang dikatakan Fatimah. Ada perasaan ragu saat gadis itu menceritakan tentang Imam santoso.)

"Aku tahu keluarga Santoso. Mereka tidak mempunyai anak perempuan. Anak mereka laki-laki semua, Imam dan Freddy. Dan siti adalah sepupu dari Imam santoso," aku menatap tajam matanya yang ada didepanku berapa meter itu..

Fatimah mambatu. Dia tidak bisa menjelaskan hubungannya dengan imam santoso. Santoso tidak pernah menceritakan tentang hubungan Fatimah denganya. Otak Fatimah bekerja mencari jawaban yang sebenarnya. Siapa aku? Dan apa hubunganku dengan keluarga Santoso? Fatimah melihat aku.
“Kenapa dia menanyakan hubungan ku dengan dia? Apa ada sesuatu di balik ini semua?aku binggung”batin Fatimah

'Allah swt. Sadarkan dan kembalikan pikiran Fatimah seperti dulu. Aku tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya. Aku tidak boleh melepas kesempatan ini,' batinku.

Santoso companies
"Negosiasi kita sudah selesai. Bagaimana kalo kita merayakan dengan pesta kecil?" tanya seorang pria setengah baya pada santoso sambil menyerahkan beberapa dokumen.

"Ya, tapi jangan lama-lama. Aku ingin cepat pulang dan menemui seseorang." santoso tersenyum.

"Apakah kau begitu merindukannya? Sampai-sampai kau melupakan kebiasaanmu." seru pria setengah baya.

"Mungkin. Dia sangat berbeda dari gadis lainnya." santoso membayangkan senyum Fatimah.

"Begitukah?" Pria itu berseringai.

"Hmm. Ayo kita keluar dan berpesta kecil."

Back to Hotel
Fatimah Dream:
"Aku mencintaimu, Fatimah." Seruku dengan lantang sambil bertasbih dihatiku.

fatimah memeluk aku, "Aku juga mencintaimu."

"Aku pulang dulu. Aku takut keluargaku menghawatirkanku." Kata Fatimah berpamitan padaku.

"Aku antar?"tawarku

"Tidak usah, arigatao Imam Syah kau sangat baik."

"Tunggu, tunggu sebentar," aku menghentikan fatimah yang akan berjalan.

"Hnn, apa?" Fatimah tersenyum.

aku tersenyum jahil.fatimah memejamkan matanya, menanti sesuatu yang akan kuberikan. Dan sebuah Cincin anggun tepat berada dijeamari manisnya. Keindahan itu mengalir dalam jiwanya. Dan fatimah mengakui, bahwa dia menemukan sesuatu yang lain pada ku yang terkenal aneh. Kelembutan seorang cowok yang berlaga sok romantic tapi memang romantic. lalu aku mencium keningnya.
“ini aku berikan untukkmu,”ujarku
“terimaksih banyak imam”ucapnya
“sudah lama aku beli ini dan saat ini adalah saat terindah bahkan aku tak akan lupakan setiap detik yg berlalu hari ini aku sangat bahagia doaku kini terkabul sudah, aku berhasil mendapatkanmu”seruku

"Besok pagi aku akan ke sini..." fatimah menangkap senyum sempurna di bibirku. Dan membuatnya jadi penasaran.

"Ada apa?" tanya fatimah.

"Aku membayangkan kau dengan pakaian seksi. Pasti sangat mengasikkan."
"A-apa?" tatapan Fatimah berubah menjadi horor melihatku, "Dasar mesum." Lanjutnya dengan muka memerah.

"haha,bercanda inilah sifat humorku" ucapku.
“yah..aku tahu..aku semakin sayang padamu “ujarnya
“sudah yah aku pulang..dah”
Aku tersenyum lebar, "Peluk bayangku dalam setiap tidurmu,dekap aku dalam mimpimu,ingat aku selalu dalam hatimu,oke.!"

" romantis banget," kata Fatimah bahagia.

Fatimah meninggalkanku. Senyumnya mengembang merasakanku cowok yang menyenangkan.


"Imam!"

"Hn?"

"Apa kau sungguh-sungguh mencintaiku?"

"Kau tak percaya padaku, fatimah?"

"B-bukan begitu, aku hanya meyakinkan saja," suara lembut fatimah.

"Astagfirullahu! Apa aku harus membuktikannya?"

fatimah menatap mataku, "Bagaimana kalau aku pergi darimu?"

"Apa kau ingin kita putus!" fatimah tersenyum pahit mendengarnya. Mata airnya jatuh di pipinya.

"Kenapa kau menangis?" tanyaku.

"Aku tak mau kehilangan dirimu."

aku memeluknya dengan lembut, "Peluklah aku, fatimah."

fatimah memeluk diriku. Menangis dalam dekapanku.

"Aku sangat mencintaimu, fatimah."

"Benarkah?"

aku mencium kening fatimah, "Kau tak percaya?"

"A-aku percaya, jika kau mau mengambil sesuatu yang berharga dariku. A-aku rela memberikannya padamu."

aku terpaku mendengar ucapan fatimah. aku menatap mata indahnya. Akankah aku mengambilnya, merenggut kegadisan gadis itu. 'subhanaalahu' tidak...

"Sudah kuputuskan. Aku akan memberikannya padamu."

" fatimah, apa yang ada dipikiranmu?"

"Lakukanlah..."

"Kau nekad, fatimah!"

"Hmm," gadis itu menatap mataku, memohon pada diriku. Dia sudah memikirkannya. Dia akan memberikannya pada orang yang sangat dicintainya.
End..of Dream
fatimah bangun dari tidurnya. Nafasnya tersenggal-senggal. Dia mimpi tentang gadis yang bernama fatimah bakrie. Kenapa aku bermimpi seperti itu? Rasanya seperti nyata, dan aku melihat Imam Syah ada di mimpi? Hubungan apakah antara aku dan Fatimah bakrie?

aku mambuka mataku. Aku melihat fatimah sedang duduk mengusap keringat di dahinya.

"Kau bermimpi buruk?"

fatimah mengangguk, "Hmm.. aku bermimpi tentang gadis yang bernama fatimah  bakrie dan... dirimu."

aku merubah posisiku menjadi duduk. aku mengernyit. Mimpi, dia bermimpi tentang diriku? aku menatap nya dengan hati-hati. Mimpi apakah itu?

"Kau bisa ceritakan padaku tentang mimpimu," aku memberanikan menyentuh lengannya.

fatimah mengangkat alis. Matanya melirik tanganku yang memegang lengannya, "Apa kau tidak keberatan?"

"Tentu tidak."

Mereka duduk ditempat tidur tanpa kata. fatimah belum menceritakan mimpinya. Dia bingung harus menceritakan dari mana dulu. aku hanya melihat dari matanya.

Kini, aku menatap fatimah, "Ceritakan, Fatimah,kumohon aku ingin dengar,hatiku seperti bergejolak menunggu sebuah kata terucap dari bibir manismu dan menceritakanya!"

fatimah tersenyum. Dia mulai menceritakan semua tentang mimpinya. Dia juga ingin tahu ada hubungan apa dirinya dengan mimpi yang baru dialaminya.
Selesai menceritakan mimpinya kami bergegas kembali tidur.
fatimah merebahkan tubuhnya, "S-selamat malam, imam." Dia memejamkan matanya untuk melanjutkan tidurnya.

aku menatapnya, "Malam, fatimah."

Dengan berani aku merubah dudukku. aku bersandar disofa dan bertanya padanya

Caution: sediakan tissue ini bagian tersedih buatku aku saja menangis dan berteriak menceritakan ini demi Allah

"Apa kau percaya padaku?" tanyaku.

fatimah menganguk
aku mendekatinya dan duduk dipembaringanya.
"Aku akan membantumu menemukan jawaban dari mimpimu. Hanya mendengar suaraku saja,"
aku mengangkat tanganku, meletakkan di matanya. Mata itu kini tertutup dengan tanganku.

aku menarik nafas dan menghembuskannya, "Saat pertama aku melihatmu, aku menyukai senyummu dan mata indahmu. Tak lama kemudian, kita berkenalan dan menjalin cinta. Aku sangat mencintaimu begitu juga dirimu... karena kesalahanku kau pergi menjauh dariku. Dan terjadi kecelakaan yang menimpa dirimu. Kau dikabarkan meninggal. Aku sangat terpukul dengan kabar itu. Semua salahku... aku minta maaf."tuturku sedikit bergetar

'Dia mengenalku? Dan meminta maaf. Dia merasa sangat bersalah. Suaranya... kenapa dengan suaranya? Aku tidak asing dengan suaranya. Apakah yang dikatakannya itu benar?' batin fatimah.

"im...im...mam," dia memanggil namaku untuk terakhir kalinya. Matanya mulai gelap dan tubuhnya terasa dingin. Dia berada di dunia yang gelap dan sendirian.”lanjutku

"Sekarang kau disini dengan nama berbeda, Fatimah santoso. Tapi aku tahu, kau Fatimah yang dahulu." aku melepas tanganku dari matanya dengan pelan. fatimah mengerjapkan matanya. Bulir-bulir air mata jatuh menetes kebawah. Dia tidak tahu kenapa dia menangis. Hatinya terasa pedih mendengarnya.

aku memeluknya dari belakang. Tanganku melingkar di bahunya, "Aku mencintaimu Fatimah,TT aku sangat kehilanganmu,kau adalah cahayaku,aku menyesal menyakitimu,sungguh aku rela mati menggantikan kesalahanku,Allah swt sangat baik telah mengembalikanmu padaku, mengembalikan cahaya indah itu mengisi sisi gelap hatiku dan kelamnya hariku, kau bidadari tidurku, aku tak bisa hidup tanpa hadirmu, kumohon ingatlah bahwa aku kekasihmu TT."ucapku sambil menjatuhkan air mata

fatimah menelan ludahnya. Pelukanku terasa hangat. Dia merasakan jantungnya akan melompat keluar. Tangannya memegang tanganku yang melingkar di bahunya. Mengelusnya dengan lembut.

"imam! Aku... aku juga mencintaimu, TT " kata-kata itu meluncur tanpa dia sadari bersamaan dengan bulir-bulir air mata yg mengalir semakin deras dipipinya.

aku mempererat pelukanku. aku tidak mau melepasnya untuk kedua kali, meskipun fatimah belum sepenuhnya mengingat masa lalunya. Tapi aku yakin. fatimah akan mengingatnya.


~o0o~

fatimah berjalan keluar dari hotel. Dia melihat teman-temannya bermain di laut. Kakinya melangkah dengan santai menuju mereka. Dia melambaikan tangannya dan duduk di pasir putih. Teman-temannya membalas melambaikan tangan mereka.

Matahari semakin tinggi. Teman-temannya masih menikmati bermainnya. Hari ini, fatimah lupa memakai sunblock-nya. Kulitnya terasa terbakar. Dia mendongak keatas, melihat matahari. Sinarnya sangat tidak bersahabat dengan kulitnya.

"Kau tidak apa-apa?" suara yang datang dari belakangnya.

"Sedikit... Aku merasa kepanasan," fatimah mengusap lengannya yang terbuka.

aku melepas jacketku. Ditudungkannya di kepala fatimah. aku menarik tangan Fatimah dan menuntunya untuk mengajaknya berjalan mencari tempat teduh. Kursi santai dibawah pohon kelapa menjadi tujuanku. Hanya ada satu kursi. Jadi, kami berbagi kursi.

"Maaf."

Aku menatapnya, "Tentang semalam, aku minta maaf. Aku terbawa suasana."

warna merah merambat di pipi Fatimah, "Tidak apa-apa."

Setelah menceritakan semua mimpinya. fatimah dan aku terdiam. kami saling mengunci tatapan. Mata ku begitu menikmati wajah yang amat kurindukan. Tanganku tidak sadar menyentuh setiap lekuk wajah fatimah. Gadis itu diam.


aku melihat mata itu sebentar. aku mencium keningnya. Memberikan kasih dan sayangku padanya gadis yg sebelumnya kucintai sebelumnya. ia memejamkan matanya.
fatimah merasakan ada yang lain dengan ciuman itu. 'Sepertinya aku pernah merasakan ciuman seperti ini? Apa hanya pikiranku saja? Jantungku kenapa berdetak dengan cepat. Kenapa aku merasakan pernah mencintainya?Aku merasa tidak asing dengannya dan ciumannya. Siapa aku sebenarnya?'tutur fatimah

~o0o~
Santoso mansion
Sebuah mobil merah maroon berhenti di dihalaman rumah. Dengan cepat dia keluar dari mobilnya. Dia tersenyum. Langkah kakinya berjalan memasuki rumah.

"Selamat datang, tuan santoso," sapa joko membukakan pintu.

Majikannya menoleh padanya, "Apa ada sesuatu selama aku pergi?"

joko menelan ludahnya, " fatimah pergi dengan siti."

"Pergi kemana?"

"Tidak tahu, tuan. Mereka pergi sudah seminggu."'

santoso masuk rumah dengan kesal. Dia mendapati fatimah tidak ada dirumah. Ada kemarahan terpancar di matanya. Dia sudah menyuruhnya, untuk tidak pergi kemanapun selama dia pergi megurusi pekerjaannya.

santoso berdiri dari duduknya mendekati fatimah, " fatimah, aku akan pergi selama dua minggu. Sepupuku akan kesini untuk liburan. Jadi kau tidak kesepian."

"Dua minggu?"

"Hmm. Tapi ingat! Kau tidak boleh keluar rumah tanpa seijinku."

fatimah tersenyum, "Baik, santoso." Dia menggoda santoso.

Belum genap dua minggu, santoso sudah selesai dari urusannya. Dia tidak membayangkan, fatimah akan pergi tanpa meminta ijin padanya. Kamar fatimah dilihatnya sekilas. Kemudian dia berjalan kekamarnya sendiri. Mencoba tidak memikirkan apa yang dilakukan fatimah dan siti di luar sana. Dia menghembuskan nafas dan menghempaskan tubuhnya di ranjang.

~o0o~

"Wah-wah ada yang terkena sihir cinta," goda zul yang berdiri di depan fatimah dan aku dengan senyum khasnya.

aku tak memperdulikan zul yang tetap berdiri melihatku.aku tetap memeluk fatimah. Semua temanku mendekatiku dan tersenyum melihatku. fatimah sudah merasakan wajahnya panas. Dia menundukkan wajahnya. aku hanya menyeringai melihat kelakuan fatimah.
Caution again : sediakan bantal untuk melampiaskan kekesalan anda kepada santoso yg memperlakukan Fatimah dengan Kasar ini juga sangat mengharukan..TT

santoso merasakan kejengkelan tak tertahankan. Dia meneken rahangnya. Melihat fatimah berjalan memasuki rumah bersama siti. Dia tidak suka fatimah keluar rumah tanpa seijinnya. Apalagi selama seminggu tidak ada di rumah. Suasana ruangan berubah gelap. Hawa kemarahan merambat disekitar santoso.

Sebagai sepupu. siti bisa membaca suasana hati santoso. Kemarahan menyelimuti sepupunya. Dia bersikap seperti biasa dan tersenyum untuk mencairkan suasana yang tidak enak. Tapi... usahanya gagal. santoso tetap diam dengan tatapan mematikan.

fatimah menatap santoso. Lalu beralih pada siti. Dia juga merasakan aura kemarahan menantinya. Mengingat janjinya pada santoso untuk tidak keluar rumah tanpa seijinnya. Tapi dia melanggar janji itu.

Sebelum keberangkatannya ke luar kota. santoso mengatakan akan pergi selama dua minggu. Sekarang baru seminggu. Dia sudah ada di rumah. Menemukan fatimah tidak ada dirumah.

Suasana menjadi Hening.

santoso menatap tajam fatimah. Dia sangat kesal dan marah. Rasanya ingin sekali memberi pelajaran agar fatimah mematuhi aturannya.

"Kau pergi kemana selama seminggu?" tanyanya dengan suara berat.

siti menepuk bahu sepupunya, "Kita hanya liburan ke pantai. Aku yang mengajaknya."

santoso memincingkan mata pada sepupunya, "Kenapa kau tidak meminta ijin dariku? Apa kau lupa apa yang kau ucapkan?" lalu beralih pada fatimah.

"Go-gomen... aku minta maaf," fatimah menatapnya. Mata mereka saling memandang. Mata santoso tersirat kemarahan.

"Tak semudah itu kau minta maaf padaku," santoso menaikkan suaranya.

"Sudahlah, sepupuku. Itu semua salahku bukan salah fatimah," sitiberusaha menenangkan sepupunya.

"Aku tidak perlu mendengar alasanmu. Dan ini bukan urusanmu, siti," kata santoso melirik kearahnya.

siti sudah gerah menghadapi sepupunya, "Bukan urusanku ha! Ini urusanku karena aku yang mengajaknya. Dan aku perlu tahu kebenarannya, ada hubungan apa kau dengan fatimah."

santoso melotot pada siti. Berani sekali sepupunya mencampuri urusan pribadinya? Apa yang diinginkan sepupunya? Bertanya tentang dirinya dan fatimah? santoso menatap fatimah lagi. Mata fatimah sudah berkaca-kaca.

fatimah ingin mendengar jawaban dari santoso. Sebenarnya hubungan apa diantara mereka? Dia ingin tahu jati dirinya? Kenapa santoso menyembunyikan sesuatu darinya?

Seringai terlihat dari mulut siti, "Kau tidak punya jawaban, santoso? Cih, aku sudah mengiranya. Dan kau tahu... dia bukan Fatimah santoso? Dia tidak ada hubungan dengan keluarga ini. Jadi siapa dia?"

Ekspresi santoso berubah. Dia harus menjawab apa? Tak mungkin mengatakan kebenarannya. Bisa-bisa dia kehilangan fatimah.

"Dia... tunanganku," teriak santoso terbawa emosi.

fatimah tersentak mendengarnya. Tunangan! Dia tunangannya santoso. Tidak. Tidak mungkin... dia tidak mengira sama sekali. santoso sudah dianggapnya seperti kakak sendiri bagi fatimah.

"Tunangan? Kalo dia tunanganmu, kau pasti tahu keluarganya?" siti tidak puas dengan jawabannya.

"Dia tidak punya keluarga... dia sebatang kara."

"Apa itu benar? Bagaimana kalo dia itu Fatimah dari keluarga bakrie," tebak siti mantap.

santoso terlihat shock. Bagaimana sepupunya bisa tahu semua? Dan apakah ingatan fatimah sudah kembali? Gawat! Dia tertawa. Menyembunyikan kekagetannya, "Apa buktinya!"

"Bukti? Aku bisa buktikan padamu. Aku tahu semua tentang fatimah. Kebiasaannya, kesukaannya dan banyak lagi. Itu sama dengan fatimah," siti melihat fatimah.

"Dan kau tahu? Aku dan fatimah adalah sahabat," tambah siti.

Kekagetan santoso tidak bisa ditutupinya lagi. Amarahnya meluap. Dia menggertakkan giginya. Tangannya terkepal kuat. Dengan cepat dia menyambar tangan fatimah. Menyeretnya masuk kedalam kamar gadis itu. siti berusaha mencegah. Tapi sayang, santoso mendorongnya dan dia menabrak tembok. fatimah berteriak ngeri. santoso berhasil memasukkan fatimah ke kamar dengan kasar. Pintu kamar itu dikunci dari luar. santoso mengurung fatimah.

fatimah berusaha membuka pintu dan menggedor-gedor pintu, "maafkan... maafkan aku... aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku mohon... keluarkan aku,santoso," teriak fatimah dari balik pintu. Dia terisak menangis. Kenapa hidupnya berubah secepat ini?

santoso tidak menghiraukan isakan tangis fatimah. Dia berjalan menjauh dari pintu. Saat dia berjalan, siti menghadangnya. Berusaha berbicara baik-baik. Tapi santoso malah menyalak marah. Mereka saling beradu mulut. Berteriak mengeluarkan kemarahan masing-masing. siti mendesak sepupunya. Mengatakan kebenaran tentang fatimah. santoso mencengkeram rahang sepupunya, "Ya! Dia adalah Fatimah dari keluarga bakrie," suaranya menggema. Mendorong sepupunya jatuh ke sofa. Lalu melanjutkan jalannya manuju kamarnya.

Kamar fatimah.

Dia mendengar semua dari balik pintu. Apa yang dikatakan Santoso merasuk dalam otaknya. Dia adalah Fatimah bakrie bukan Fatimah santoso. Pikirannya terngiang nama Fatimah bakrie. Mulutnya tak henti-henti menyebutkan nama itu. Fatimah bakrie! Tubuhnya merosot kebawah. Dia duduk di lantai. Meremas kepalanya. Rambutnya yg tak berjilbab tak beraturan lagi. Air matanya pecah mengalir di pipinya. Bibirnya bergetar.

Dia merangkak menuju tempat tidur. Dengan pelan dia naik dan meringkuk. Semua kenyataan dan kebenaran yang di ucapkan Imam, sudah terbukti semua.

fatimah merasakan kepalanya berdenyut keras. Pusing yang teramat menyakitkan. Dia mengerang menahan sakit. Meremas kain seprei biru muda. Beralih memegang kepalanya. Dunia seperti berhenti seketika. Lalu berputar pada masa lalu. Bagai kaset diputar ulang. Ingatannya di masa lalu mulai terlihat jelas. Dia teringat ayahnya yang memaksa untuk menemani santoso di teras. Handayani, adiknya. siti dan wafiq. Ingatan yang indah bersama imam. Pertengkaran yang terjadi antara dirinya dengan imam sebelum kecelakaan menimpanya.

Cairan pekat keluar dari hidungnya. Otaknya bekerja terlalu keras untuk kejadian hari ini. Darah itu menetes jatuh di seprei. fatimah tidak merasakan darah keluar dari hidungnya. Dia mengerang merasakan kepalanya seperti akan pecah.

Satu jam kemudian.

Sakit kepalanya sudah tidak dirasakan lagi. Cairan pekat itu masih keluar dari hidungnya. Tubuhnya terlihat lemas. Matanya terlihat hampa. fatimah tidak bergerak. Darah merah menghiasi seprei. Seperti tak ada kehidupan.

Cklek

Pintu kamar terbuka dari luar. santoso berdiri di ambang pintu. Melihat fatimah menghadap tembok. Gadis meringkuk di tempat tidur. Tidak ada suara isak tangis. Kamar itu hening. santoso mendekatinya. Dia berdiri di samping tempat tidur.

" fatimah," panggilnya lembut.

Tak ada jawaban dari gadis itu.

Mata santoso terbelalak melihat noda merah di seprei. Dengan ragu dia membalikkan tubuh fatimah. Wajah cantik itu ternoda darah yang masih mengalir dari hidung. santoso panik. Tanpa pikir panjang tangannya terselip di punggung dan paha fatimah. Mengangkatnya keluar dari kamar. Dia berteriak memanggil joko untuk menyiapkan mobil.

Mendengar sepupunya berteriak, siti keluar dari kamar. Dia melihat santoso membawa fatimah menuju pintu utama. Bergegas melihat apa yang terjadi. Dia mendekati santoso.

"Ada apa dengan fatimah?" tanyanya khawatir.

"Cepat bukakan pintu mobil. Akan aku ceritakan dalam perjalanan ke rumah sakit."

siti membukakan pintu mobil untuknya. Setelah joko berhenti di depan pintu. santoso merebahkan fatimah di kursi belakang dan menopang kepala gadis itu di pangkuannya. Siti masuk kedalam mobil. Dia duduk di kursi depan samping joko. Mobil itu melaju menuju rumah sakit bandung.

Dalam perjalanan menuju rumah sakit. santoso menceritakan semua pada siti. Dia takut kejadian seperti ini akan terjadi.

Knok Knok
memories :
Pintu kamar rawat fatimah terbuka. Bakrie ayah Fatimah berjalan mendekati putrinya dan melihat keadaan fatimah yang terbaring di kasur rumah sakit. santoso menanyakan apa yang dikatakan dokter padanya.

"Ingatan fatimah kemungkinan akan hilang," kata bakrie.

Handayani shock mendengar kata ayahnya.
"Seperti itukah? Apa yang akan anda lakukan sekarang?" tanya santoso.

"Kita tak bisa memaksanya untuk mengingat dirinya. Jika itu terjadi otaknya akan mengalami pendarahan dan mengakibatkan kematian," jawab bakrie.

santoso tidak mau fatimah mati karena kesalahannya. Dia merasa terpukul. Menyalahkan dirinya sendiri. Tangannya mengacak-ngacak rambutnya. Dia merasa frustasi. siti menaikkan alisnya. Melihat sikap sepupunya yang panik dan terlihat stress.

Syah Mansion

aku merasa perasaanku tidak enak. Pikiranku selalu ada fatimah. Seharusnya aku senang. Akhirnya kita menjalin cinta kembali. Mataku melihat sahabatku yang terlelap tidur di sofa. Ku tidak bisa memejamkan mataku. aku berdiri dari dudukku. Berjalan mondar-mandir. Ada apa dengan dengan diriku? Kenapa aku terus kepikiran fatimah? Mungkinkah ada sesuatu terjadi dengannya?batinku khawatir

.

Santoso duduk di ruang tunggu. Berharap tidak terjadi apa-apa pada fatimah. Seorang wanita berjalan keluar dari ruang operasi dan berjalan ke arahnya. siti melihat wanita itu. Dia sangat khawatir terhadap sahabatnya.

"santoso," wanita itu memanggilnya.

santoso berdiri, "Ya."

"Syukurlah, gadis itu bisa diselamatkan. Jika terlambat sedikit saja, nyawanya tak tertolong lagi," santoso merasa lega mendengarnya.

"Apa kami boleh melihatnya, Dok?"

"Silahkan."

Dua Hari

Siti senang melihat fatimah kini tersenyum. Meskipun keadaannya masih lemah. Kini sahabatnya, fatimah kembali.

fatimah sudah mengingat semua jati dirinya. Masa kritis sudah dilewatinya. Dia bisa mengingat memori cintanya pada imam. Kenangan-kenangan indah saat bersama. Dia tersenyum sendiri mengingatnya. siti yang melihatnya ikut tersenyum.

Dokter berbicara dengan santoso di ruangannya. Membicarakan tentang keadaan fatimah selanjutnya. Sedangkan fatimah berada di kamar rawat ditemani siti. Dokter itu membuka catatan tentang fatimah. Melihatnya sebentar lalu menatap santoso yang duduk di depannya.

"tuan santoso, saya akan menyampaikan sesuatu tentang fatimah. Ini penting dan anda harus mengingatnya..." Dokter menghembuskan nafas pelan, "...dia tidak boleh dalam keadaan tertekan atau berpikir berat. Jika itu terjadi, kondisinya bisa membahayakan dirinya," santoso menundukkan kepalanya. Rasa bersalah kian bertambah.

"tuan santoso, apa anda mendengarnya?" tanya dokter.

santoso kembali menatap dokter di depannya, "Saya mendengarnya."

"Hanya itu yang saya sampaikan pada anda."

"Kalo begitu saya permisi. Terima kasih, Dok," dokter tersenyum dan mengangguk.

santoso keluar dari ruang dokter dengan lesu. Dia menyebabkan fatimah seperti ini. Dalam pikirannya, dia ingin melihat fatimah selalu senyum padanya. Tapi... sekarang. fatimah akan membencinya dengan apa yg telah ia lakukan padanya,sungguh bodoh dirinya mencintai orang yg tidak mencintainya sampai-sampai harus menyembunyikan pikiran dan memorinya, betapa jahatnya dia membuat Fatimah melupakan semua hari-hari indahnya dan membawanya kedalam hari-hari kelam darinya yang serba protektif, betapa iblisnya dia merebut hati seseorang tanpa tahu perasaan apa yg akan terjadi pada orang itu..maafkan aku Fatimah, aku mencintaimu, namun cintaku salah ( hehe so sweet banget w ya??)

Berjalan di lorong rumah sakit dengan pikiran kalut. Dia akan melihat fatimah dan meminta maaf. santoso berusaha tenang setelah berdiri didepan pintu kamar rawatnya. Tangannya membuka knop pintu dengan pelan. Matanya melihat keadaan dalam kamar. siti tengah duduk di samping fatimah dengan membaca majalah. Lalu beralih pada fatimah. Kelopak matanya tertutup. Wajah pucatnya masih terlihat. santoso berjalan masuk mendekati sepupunya.

"Bagaimana keadaannya?" tanyanya pada siti.

Si sepupu menutup majalahnya, "Baik."

santoso duduk di sebelah fatimah berlawanan dengan sepupunya, "Maafkan aku," santoso mencium tangannya, "Aku sangat menyesal melakukan ini padamu. Kau boleh membenciku... sungguh aku menyesal. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum."

siti mengerutkan dahinya, "Kau menyesal santoso? Kenapa dari awal kau tidak menceritakan sebenarnya pada dia."

"Aku mencintainya sejak pertama melihatnya dan bermaksud untuk menjadikannya milikku," santoso tidak melihat sepupunya. Matanya menatap wajah fatimah.

"Itu egois namanya."

santoso mendesah, "Memang aku egois. Karena keegoisanku... dia seperti ini."

siti beranjak dari kursinya. Berjalan mendekati pintu. Membukanya pelan dan meninggalkan santoso sendirian dengan fatimah.

Syah Mansion
aku meraih jaket hitamku dari kursi. Berjalan keluar rumah dengan wafiq. kami membuka pintu mobil lalu menutupnya. aku menyalakan mesinnya dan menjalankan mobil keluar dari pekarangan.

Aku sangat cemas. Beberapa hari, aku mempunyai firasat tidak enak tentang fatimah. Setelah mendapat pesan singkat dari siti, bahwa fatimah berada di rumah sakit. aku bergegas pergi ke rumah sakit dimana fatimah dirawat.

fatimah membuka matanya. Dia melihat santoso menggenggam tangannya. Matanya penuh kebencian. Berpikir kalo santoso telah memisahkan dari keluarganya dan sahabat-sahabatnya. Terutama orang yang sangat di cintainya, imam. Menyembunyikan identitas dirinya selama dia hilang ingatan. fatimah menarik tangannya dari genggaman santoso.

santoso tersenyum lembut padanya, "Bagaimana keadaanmu?" nada khawatir terdengar dari suaranya.

"Aku... aku membencimu," fatimah memalingkan wajahnya.

santoso merasa senang fatimah membencinya. Tapi, ada rasa sakit saat mendengarnya, "Bencilah sepuasnya. Semua salahku... demi keegoisanku, aku rela berbohong padamu menyembunyikan kebenaran darimu."

"Aku menyesal fatimah," santosomegatakan dengan suara serak. Tangannya membelai rambut fatimah.

Air mata menetes dari pipi fatimah. Dia cepat-cepat menghapusnya sebelum santoso melihatnya. fatimah tidak mau terlihat lemah di depannya. Meskipun benci padanya, dia masih menyayanginya. santoso seperti kakak baginya. Selama dia tinggal dengannya, santoso membuatnya nyaman. Walaupun membatasi kebebasannya.( pliss pembaca jangan nangis )

fatimah tidak menanggapi perkataan santoso. Diam dan memalingkan wajahnya.

Di luar kamar rawat.

siti duduk di kursi depan kamar rawat fatimah. Memainkan ponselnya. Matanya melihat lorong rumah sakit. Menunggu datangnya seseorang. Terlihat dua sosok yang di kenalinya. Dia melambaikan tangannya. Dua pemuda itu melihatnya dan menghampirinya.

"wafiq, imam!" sapa siti setelah kami dekat. aku hanya mengangguk. wafiq menatap siti, "Kenapa kau ada di luar? Bukannya menemani fatimah."

"Bagaimana keadaannya?" tanyaku dengan sangat was-was.

siti berdiri, "Sebaiknya kalian masuk. Ayo!" tangannya membuka pintu. Terlihat santoso membelai rambut fatimah. Aku sungguh cemburu melihatnya. siti menutup pintu setelah kami masuk.

santoso melihat sepupunya, "Siapa mereka?"

siti mendekati wafiq, "Teman dekatku, wafiq nur islam. Dan dia ..." siti melihat fatimah yang diam memalingkan wajahnya dari santoso, "... Imam Syah."

‘Imam Syah. Aku pernah mendengar nama itu,' batin santoso. Matanya menatap tajam mataku Kami sama sama imam namun kami adalah rival.( aku tak tahan menahan rasa amarahku jadi kau orang yang telah memisahkan aku dan Fatimah, sungguh jika aku tak sesabar ini sudah kuhajar kau)

"Imam Santoso’ santoso berdiri dari kursinya, "Aku harus kembali ke kantor," dia menjauh dari ranjang fatimah menuju pintu.aku menatap tajam matanya sebenarnya aku ingin menghajarnya,namun aku tak mungkin lakukan ini didepan Fatimah dan teman-temanku,.ia Membuka dan menutup pintu setelah di luar kamar.

fatimah melihat siti dan wafiq setelah santoso keluar dari kamar. Lalu beralih padaku.

" fatimah?" tanyaku mendekatinya.

"Aku tidak apa-apa," fatimah tersenyum lembut, "Kau tahu? Aku sudah... mengingat semuanya. fatimah bakrie adalah aku."

"Aku tahu," aku senang, ingatan fatimah sudah kembali.

wafiq dan siti melihat dua sahabatnya kini bersatu kembali. Dengan langkah pelan mereka berdua meninggalkan kamar rawat fatimah. Memberi privasi pada  fatimah dan aku.

aku duduk di pinggiran ranjang fatimah. Menatap intens matanya.

"Apa kau tidak ingin memelukku?" Seringai muncul di bibirku.

fatimah merentangkan tangannya. Dia ingin memelukku juga. Kehangatanku yang selalu membuatnya nyaman. aku mencondongkan tubuhku. Memeluk erat dirinya.

Kepulangan fatimah dari rumah sakit.

Perjalanan pulang dari rumah sakit terlihat canggung. Setiap kali santoso memulai percakapan, fatimah hanya diam. Dia menatap kosong jendela mobil. Membuat santoso makin bersalah.( huft sabarlah santoso )

santoso memapah fatimah berjalan, setelah keluar dari mobil. Membawanya masuk kedalam rumah. fatimah hanya melihatnya sekilas. Keheningan menyelimuti suasana diantara mereka.

Sudah tiga hari sepulang dari rumah sakit, fatimah tidak mau makan. Bahkan dia mengunci pintu kamarnya. Dia juga tidak tidur. Yang dilakukan hanya duduk di tepi tempat tidur. Mata lindahnyaterlihat membengkak. Ada lingkaran hitam di bawah matanya.

siti sangat khawatir padanya. Dia mengetok pintunya untuk sekian kalinya. Namun tak ada respon dari fatimah.

santoso yang berdiri di belakang sepupunya terlihat frustasi. Tangannya mengacak-acak rambutnya. Apa yang harus dilakukannya? Melihat fatimah yang mengunci diri di dalam kamar tanpa makan dan minum. Yang di takutkannya lagi, jika fatimah tertekan. Dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk fatimah .santoso teringat dengan nama Imam Syah.

"siti, aku ada pertanyaan," santoso berjalan menuju sofa. siti mengikutinya di belakang. Mereka duduk berhadapan.

"Tentang apa?" siti melihat sepupunya.

santoso menyilangkan tangannya di dada, "Imam Syah. Ada hubungan apa dia dengan fatimah?"

"Oh... mereka saling mencintai. Tentunya hubungan mereka adalah sepasang kekasih."

santoso memejamkan matanya. Mengingat Handayani, adiknya fatimah menyebutkan nama imam. Dia takut kehilangan fatimah. Juga merasa sakit melihat fatimah tidak bahagia. Dada bidangnya terangkat, menarik nafas sedalam-dalamya lalu menghembuskan.( jujur aku juga tak bisa membuang perasaanmu santoso, aku tahu kau menginginkan Fatimah namun aku mau kau menjaganya, aku ikhlas dia milikmu, namun jika kau tidak keberatan aku ingin hatinya tetap mencintaiku)

"Kau bisa menyuruhnya kesini?" santoso membuka matanya. Melihat sepupunya mengangguk.

santoso sudah putus asa, dia tidak mau terjadi sesuatu pada fatimah. Jalan satu-satunya, membawa Aku kerumahnya. Meski hatinya tersayat menerima kenyataan bahwa cinta fatimah hanya untuk imam Syah bukan untuk Imam santoso dirinya. Mulai dari awal, dia sudah menyadarinya. Keegoisannya telah membuatnya buta akan cinta.


santoso keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa. Hari ini, dia ada rapat. Semalaman dia berpikir tentang fatimah dan imam. Menjelang pagi matanya baru terpejam. Akhirnya, dia bangun kesiangan.

inem membungkuk melihat tuannya. Menawarkan untuk sarapan. santoso menolaknya. Lalu memberinya pesan untuk disampaikan pada sepupunya. Setelah itu dia berangkat ke kantornya.

Siti merenggangkan ototnya didepan pintu kamarnya. Melihat makanan di meja makan masih utuh. Dia berjalan kedapur. Membuka lemari es dan mengambil botol air mineral. Air membasahi tenggorakannya.

"Selamat pagi, nona siti ," sapa inem di depan pintu dapur.

"Pagi, inem. Kau dari mana?"

"Dari kamar fatimah."

siti menaruh botol minumannya, "Dia membuka pintunya?"

inem mengambil tissu di laci lemari dapur, "Iya. Dia meminta saya untuk mengambilkan tissu," dia menghampiri siti, "tuan santoso berpesan pada anda. Jangan lupa untuk –"

"Hmm. Aku tahu," potong siti. Dia tahu maksud pesan yang disampaikan inem. Lalu menyambar tissu dari tangan inem, "Biar aku yang memberikannya."

siti meninggalkan dapur. Dia ingin melihat keadaan sahabatnya. Membuka pelan pintu kamar fatimah. Kamar itu terlihat gelap. Tirai jendela dibiarkan tertutup. Lampu kamar sengaja tidak dinyalakan.

" fatimah," siti memanggilnya dari ambang pintu.

"Aku ingin sendirian, siti," fatimah tak beranjak dari tempat tidurnya.

"Baiklah," siti berjalan memasuki kamarnya. Dibukanya tirai jendela dan meletakkan tissu ditempat tidur di samping fatimah. Lalu keluar dari kamarnya.

Dia menyadari kebiasaan sahabatnya. Kalo ada masalah fatimah ingin sendirian. Tidak membiarkan orang lain mengganggunya.

siti mengambil ponselnya dari kamar dan membawanya ke meja makan. Menghubungi seseorang. Dia berbicara sambil mencicipi makanan yang ada di meja.

Orang yang ditunggu siti, akhirnya datang. aku memasuki kediaman Santoso, setelah joko mempersilahkan masuk. aku melihat siti menghampiriku.

"Cepat sekali kau datang, mam," canda siti.

"Tch, kau selalu bercanda. Dimana fatimah?" tanyanya datar.

Siti mengajakku kekamar fatimah. Dia menceritakan keadaannya. Dia berharap kedatanganku bisa membuat Fatimah keluar dari kamar dan makan.

Dari dapur, inem membawakan nampan berisi makanan dan minuman kesukaan fatimah .Menyerahkan pada siti dan kembali ke dapur.

siti memberi isyarat pada ku untuk membuka pintu kamar fatimah. Sebelum aku masuk, siti menyerahkan nampan padaku.

Fatimah  mengambil tissu dari sisinya. Dia sudah menghabiskan beberapa kotak tissu untuk menyeka air di tengah tempat tidur. Memejamkan matanya. Pintu kamarnya terbuka dan tertutup lagi.

" fatimah,"panggilku, aku bisa melihatnya meringkuk di tempat tidur.

Tak ada jawaban.

Aku  mendekatinya, " fatimah," aku menaruh makanan yang kubawa di atas meja rias, "Aku membawa sesuatu untuk dimakan."

Mata fatimah terbuka. Pandangan-nya kabur saat menatap sosok laki-laki dikamarnya.

"Keluar! Tinggalkan aku sendiri!" bentak fatimah dan menutup wajahnya dengan bantal, "Aku membencimu!" suaranya teredam di bantal. Tapi aku bisa mendengarnya.

"Tenang, fatimah," aku berusaha untuk lebih dekat dengannya. Tanganku menyentuh bahunya yang gemetar, " fatimah, ini aku!" aku mencoba menenangkannya.

"Keluar! Aku membencimu imam santoso!" ia tidak tahu ini aku imam Syah.

"Ini aku, Imam Syah," fatimah menarik bantal dari wajahnya.

"Lihatlah, fatimah," aku memastikan padanya untuk melihat diriku. fatimah menatapku. Memastikan itu aku.

"Imam," panggilnya pelan. Dan dia mulai menangis, "ma-mam-maaf, aku... tidak bermaksud mengusirmu."

aku menaiki tempat tidurnya. Membangunkanya dari baringanya,lalu memeluknya, "Shhh... tenanglah. Aku disini."

fatimah membenamkan wajahnya di dadaku. aku mengecup rambutnya. Memberikan rasa nyaman pada gadis yang kucintai. Tangisannya mulai reda.

Tanganku mendongakkan wajahnya keatas. kami saling menatap. Mataku mengunci matanya. Terlihat matanya yang bengkak dan lingkaran hitam di bawah matanya. aku mencium lembut kedua matanya. Sehingga rasa asin karena bekas airmatanya menempel dibibirku.aku menatapnya lagi.

“terima kasih,imam..hiks..hiks,sungguh aku salah telah menyakitimu,aku tlah meninggalkanmu, tak mengenalmu sebelumnya, namun kau selalu memberi yang terbaik buatku aku tak mampu membalas semua yang telah kau beri untukku ,aku takan pernah meninggalkanmu lagi meski waktu akan mengambil seluruh jiwa dan ragaku aku akan tetap mencintai dan menyayangimu…aku mohon padamu untuk tetap ada disampingku”Fatimah menangis didekapanku dan bermohon padaku
Aku mendekap erat tubuhnya dan mengecup keningnya sekali lagi”sudahlah jangan bersedih..kini aku ada disampingmu, aku mencintaimu Fatimah”
“aku juga mencintaimu…”
“tersenyumlah aku sangat rindu dengan senyuman kekasihku yang cantik haha”rayuku
“hm..trimakasih imam”ia pun tersenyum menawan dihadapanku
“sungguh manisnya senyumanmu,bahkan senyummu mampu memaniskan hati dan jiwaku,dan melepas perasaan di hatiku dan berlabuh menuju dermaga hatimu, bahkan senyummu memberhentikan syaraf kedip mataku untuk terus menatapnya, dan bahkan senyummu memancarkan cahaya indah yang mengalahkan indahnya pelangi kau adalah wanita tercantik yang pernah kulihat takan ada yang mampu mengantikanmu, aku Sayang padamu ”haha tuturku
“haha..terimakasih..kau berlebihan”tambahnya dengan tawa kecilnya plus rona merah dipipinya.
“oh iya ,aku membawakanmu makanan, kau belum makan ya??tanyaku
“iya,tapi aku tidak ingin makan!”jawabnya
“wah,ayolah makan ya, akan aku suapkan untukmu sayang”bujukkku
“kalau kau mau menyuapinku,siapa juga yang akan menolak haha!! iyapun akhirnya mau makan
“hmm..ini aku suapin kamu dengan sup wortel …ayo buka bibirmu maniss..!!”
“nyamm…”
“imam,boleh aku juga menyuapinmu, kau juga belum makan kan pasti kau buru-buru kesini “
“hahhh…”aku kaget
“ta-ta-tapikan kamu …-“
“ayolah pinjam mangkuk sup nya”
“b-ba-baiklah..”
“mari ini untukmu “ia menyodorkan tanganya yg memegang sesendok sup kearah mulutku
“aa..ammm..,wah rasa supnya menjadi manis dan lezat “candaku padahal isi supnya sayuran semua
“b-benarkah??,inikan sup sayur”
“haha,,tentu saja karena kau yang menyuapkanya “
“kau bisa saja..giliranmu menyuapiku”
Kami berdua pun larut dalam kegiatan suap menyuap sup,canda dan tawa tak luput kita pancarkan tanda kebahagiaan dihati kita..aku senang melihat Fatimah bahagia walaupun dia sedang sakit sekarang.
Selesai makan aku pergi menaruh nampan dan sup kedapur,aku meninggalkanya sebentar pergi ke dapur.
Tapi disaat aku berada didapur,tiba terdengar suara teriak dari Fatimah “arrgghhh…” dengan cepat aku berlari kekamarnya dan kutemui siti telah berada disana.
“siti..apa yang terjadi..??”
“ia pingsan…”jawab siti
“a-ap-apaaa…”
“ayo cepat bawa ia ke rumah sakit”ajakku
Akupun tak habis piker mengapa ia bisa pingsan dan berteriak padahal baru saja ia bahagia bicara denganku.
Ketika aku sedang tak tahu berbuat apa dan dihantui perasaan cemas tiba-tiba
“hahhaha…kau cemas sekali imam sesuai dugaanku..” ujar siti
“apa maksudmu “tanyaku tak mengerti
“Binggo…aku tak apa imam”ucap Fatimah
“hah….???kau tidak apa-apa Fatimah??”
“hihihi..maaf aku dan siti hanya bercanda..ternyata kau benar-benar mengkhawatirkanku..terima kasih ya”
“huft..leganya..jadi hanya pura-pura, kau benar-benar nekad mencoba mencopot jantungku”
“hahaha maafkan kami imam”ucap siti
“baiklah…awas kalian nanti lain waktu aku akan balas ini,hahahahaha”tawaku gembira
“hahahahaha”tawa siti
“haha..,kau benar-benar pria yang peduli dan perhatian aku beruntung memilikimu”batinya
Lalu….
To Be Continued..
Terima kasih telah membaca cerita ini, walau sedikit kaku namun aku harap teman-teman terhibur, terusan dari ceritanya adalah aku sendiri ..


Special Thanks To: Allah Swt and Rasulullah Saw
                                     All My friend in “Jinchuriki Group”
                                    Anime Naruto
                                    Some girl was inspired me
                                    Some teacher was teach me writing in school
                            All was read this Story
My last word :
Hidup adalah sebuah Film ataupun Cerita dimana kitalah pemeran utamanya, Setiap Pemeran utama selalu menggambarkan kebaikan meski Penderitaan menyertainya, Begitu Pula Hidup kita, Kitalah Yg jadi pemeran utamanya Bersikaplah Baik dan Pahami Penderitaan sebagai guru yang menuntun kita ke cahaya, teruslah berdoa pada Allah agar kau slalu dilindunginya.
Jangan pernah berhenti berharap walaupun harapan hanyalah Sebuah Kebodohan Semata, karena harapan kalian Adalah cita-cita terbesar kalian.
Salam

Wassalamu alaikum wr. Wb